Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menitip Tabir Resah pada Diary

9 Januari 2021   14:41 Diperbarui: 9 Januari 2021   14:56 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay


Hai Diary
Apa kabarmu hari ini? Dalam diam pasti tiada jawaban. Iya saat kutuliskan segala resahku di lembaran-lembaran putihmu, kau pun hanya diam. Berjanji tak akan pergi dan selalu bersedia menampung semua resah.

Hai Diary
Aku ingat saat aku menyimpan rasa cinta pada seseorang yang rahasia. Kau pun mengetahui itu. Namun hanya kau dan aku, juga Tuhan yang tahu, siapa dia. Kau tak pernah membuka jati diri dia yang masih terus menjadi sebuah kisah rahasia di hati.

Hai Diary
Aku ingat waktu gundah akan maju ujian skripsi. Kutuliskan padamu segala khawatirku. Aku takut tidak lulus. Aku takut diminta mengulang. Aku takut, .... iya terlalu banyak takut yang tak perlu. Namun kau juga menyimpan rasa takutku di lembaranmu tanpa bicara.

Hai Diary
Ingat tidak, saat kutuliskan rasa gembiraku karena aku mendapat banyak kasih dan perhatian dari murid-murid kecilku. Bukankah semua kukisahkan juga padamu. Bahkan waktu itu aku menulis sangat banyak puisi tentang mereka. Anak-anak memang selalu dekat di hatiku.

Hai Diary
Waktu tanaman bunga kesayanganku mati, aku juga cerita padamu. Sedih ketika seperti sedang gagal dalam berkebun. Bunga-bunga cantik hanya kunikmati sebentar, lalu mati tanamannya. Juga waktu aku gagal menanam bawang merah. Aku juga bilang padamu. Iya kan?

Hai Diary
Kau juga menyimpan catatan air mataku saat aku sempat sakit cukup lama. Saat kukira waktuku di dunia hanya tinggal sekejap saja. Nyatanya Tuhan masih mau aku berkarya hingga saat ini. Aku masih ada dan bercerita padamu lagi.

Hai Diary
Terimakasih telah menjadi kawan yang selalu siap menjadi curahan rasaku. Ketika tiada seorangpun yang aku percaya untuk mendengar keluhanku, aku memanjatkan doa pada Tuhan dalam larik-larik doa yang kutulis di lembar-lembarmu. Aku merasa lebih lega setelah menuliskannya.

Hai Diary
Maafkan jika kini aku mulai jarang menyapamu lagi. Kini lembar-lembarmu masih terlihat banyak kosong. Tak lagi kugoreskan di sana semua kisah. Aku kini seperti melupakanmu sejak ada Diary digital di sini. Diary yang tak lagi rahasia karena semua orang bisa baca.

Hai Diary
Nanti, pada waktunya aku pasti akan  mengisi lagi lembar lembar putihmu dengan goresan tinta warna dari hatiku. Tetaplah di sana menemaniku dengan setia Diary. Salam rindu

Salam Diary Ari

 ....
Written by Ari Budiyanti
9 Januari 2021

Artikel ke 1261

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun