Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pentingnya Komunitas bagi Para Penulis Puisi

1 Oktober 2020   22:12 Diperbarui: 2 Oktober 2020   00:11 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Untaian Kata Sang Penyair. Dokumen Ari Budiyanti

Menulis puisi adalah kegemaran saya sejak saya sekolah di tingkat menengah pertama. setidaknya itu yang saya ingat. Saya hanya menyimpan puisi-puisi saya untuk diri sendiri saja. Saya menuliskannya dalam buku harian. Ada banyak buku harian koleksi saya untuk menulis puisi dan catatan doa. 

Satu kali, saya mendapat kabar, rumah sedang dibereskan dan buku-buku harian saya termasuk yang masuk kardus penyimpanan untuk mungkin dibuang (diloakkan). 

Bisa dibayangkan kesedihan hati saya ya. Itu seperti harta saya, hasil karya saya. Saya pun meminta bantuan adik saya untuk menolong mengamankan buku harian saya. 

Memang tidak semuanya berupa buku bagus. Ada yang berupa buku tulis biasa, jadi mungkin dikira catatan lama yang tidak terpakai. Syukur kepada Tuhan, adik saya mau menolong mengamankan kumpulan buku catatan saya itu. Buku catatan yang juga buku harian buat saya. Koleksi puisi dan beberapa catatan rangkuman buku  ada di situ. 

Seiring perjalanan waktu. Saya mulai percaya diri untuk menuliskan puisi saya di media sosial. Awalnya di facebook saya, lalu blog pribadi dan aneka media sosial lainnya. 

Pengalaman yang sangat menarik adalah ketika seorang teman memberi saya semangat untuk mencoba menuliskan puisi saya di Kompasiana. Ini dia puisi pertama saya di Kompasiana, Anda bisa melihat foto di bawah ini.

Puisi pertama tayang di Kompasiana, 1 Desember 2018, dokumen pribadi Ari Budiyanti
Puisi pertama tayang di Kompasiana, 1 Desember 2018, dokumen pribadi Ari Budiyanti
Jujur, ini adalah puisi favorit saya. Meskipun puisi ini tidak mendapat label pilihan editor oleh admin Kompasiana, saya tetap merasa bangga dan menyukai puisi ini. 

Puisi Ketika Alam Marah, saya buat dengan sepenuh hati dan berisi renungan batin. Kita manusia yang sejak awal mendapat mandat dari Tuhan untuk menjaga, mengelola dan merawat alam oleh Pencipta kita, namun kenyataannya banyak yang mengekploitasi berlebihan dan merusak alam.

Lanjut pada kisah saya. Kompasiana memberi saya ruang yang terbuka untuk karya-karya puisi saya. Saya mendapatkan sambutan hangat dari para kompasianer. Saya tidak akan lupa, sambutan pertama adalah dari Bapak Suko Waspodo, salah satu kompasianer yang sudah konsisten berpuisi di Kompasiana. 

Selain Bapak Suko Waspodo, saya juga ingat, Bapak Ropingi selalu setia mengunjungi puisi-puisi saya dan memberi komentar-komentarnya yang menyemangati. Sambutan dari sesama penulis puisi di Kompasiana merupakan satu dorongan kuat untuk saya lebih berani berpuisi di sini. Saya bisa merasakan manfaat komunitas ini, yang dibangun oleh Kompasiana sendiri. 

Satu bulan pertama saya bergabung di Kompasiana, saya mencapai 100 puisi. Berikut ini foto puisi keseratus saya di Kompasiana, pada bulan yang sama, Desember 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun