Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebaikan Hati di Gerbong Kereta Api (Sebuah Kisah di Masa Lalu)

28 September 2020   17:45 Diperbarui: 28 September 2020   18:23 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Porter di Stasiun Pasar Senen Jakarta - www.tribunnews.com

Tia tersenyum dan membayangkan dirinya sebagai anak tersebut. Pelajaran yang diterimanya pagi ini menolongnya untuk tidak mengeluh. "Tuhan, tolong aku agar tidak mengeluh lagi sepanjang hari ini. Amin." Lalu Tia kembali melanjutkan membaca bukunya.

Di stasiun Madiun, cukup besar juga jadi kereta api ini pun berhenti. Itu tidak mengherankannya namun ada hal lain yang segera menarik perhatiannya. Beberapa petugas PJKA berjongkok tepat di samping gerbong kereta yang ditempatinya. 

Perasaan Tia langsung tidak  nyaman. Kalo ini memang tidak biasa. Dari seorang bapak di seberang tempat duduknya, Tia tahu bahwa roda gerbong kereta tersebut rusak dan ada bagian yang hampir lepas, sangat berbahaya bila dinaiki terus. Tia tahu artinya dia dan para penumpang di gerbong tersebut pun harus turun untuk pindah ke gerbong lain yang sudah disediakan oleh PJKA. 

Tia langsung ingat betapa banyak barang yang hendak diturunkannya. Dia melihat ke sekelilingnya dan berharap ada yang peduli padanya namun jelas saja tidak ada. Semua orang sbuk dengan barangnya masing-masing.

 Sepertinya ini alasan yang tepat untuk mengeluh, pikir Tia. Namun segera Tia ingat buku yang baru dibacanya dan doa yang dinaikannya dalam hati agar tidak lagi mengeluh sepanjang hari ini. "Tuhan, tolong aku mengatasi masalah ini dengan tetap mengucap syukur." 

Lalu Tia membawa barang-barangnya dalam 2 kali angkut. Ya lumayan membuatnya lelah dan jadi pusat perhatian. Tapi Tia bersyukur karena semua terlampaui dengan baik tanpa mengeluh. Kini Tia harus menunggu gerbong yang baru. Apa lagi yang akan terjadi. 

"Mengapa tidak ada bapak pengangkut barang yang bisa membantuku sekarang karena aku harus membawanya satu kali angkut. Aku masih harus berebut tempat duduk juga dengan penumpang yang lain. Aku tidak suka keadaan ini tapi harus tetap bersyukur dan berdoa. Tuhan tolong aku."    

Dari kejauhan nampak gerbong kereta api yang baru telah disediakan dan akan segera diserbu oleh para penumpang. Sebenarnya Tia mempunyai tiket dengan tempat duduk namun Tia tidak yakin kalau orang-orang akan menuruti peraturan yang ada. 

Tia sudah pengalaman naik kereta ekonomi dengan berbagai problemanya. Sekarang yang membuatnya bingung adalah mengangkut semua barangnya sekali jalan. 

Para penumpang lain sudah berlarian ke arah gerbong kereta yang baru. Tia masih juga tengok kanan kiri mencari pertolongan dari bapak pengangkut barang sambil terus berdoa dalam hatinya, "Tuhan tolong aku." Lalu Tia melihat salah satu pengangkut barang tapi tidak juga mendengarnya meski sudah berulang kali dipanggilnya. 

Tia benar-benar hampir tidak percaya, dalam keadaan yang begitu kacau ini, hatinya diliputi dengan ketenangan dan tidak ada keluh kesah keluar dari mulutnya yang ada hatinya terus berdoa. Tuhan kembali menolong Tia dan bapak tersebut melihat ke arah Tia dan segera berlari menolongnya membawa barang-barangnya yang sangat banyak itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun