Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Timbul Tenggelam

31 Juli 2020   14:25 Diperbarui: 31 Juli 2020   14:26 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan tangan 11 tahun silam. Dokpri

Kayuh lagi biduk itu menuju tepian
Arus air sungainya menderas
Namun bukanlah suatu alasan
Menjadikan lelah berjuang
Karna kegagalan adalah saat berhenti

Jika seharian berkayuh pastilah lelah
Tiada makanan dan minuman tersedia
Apakah kekuatan apapun tiada
Menjadi pendukung sampai tujuan
Kayuh lagi biduk itu menuju tepian

Benarkah tiada lagi harapan
Itu benar-benar tidak mungkin
Kekuatan itu ada pada setiap hati
Apalagi dengan cinta di dalamnya

Kayuh lagi biduk itu ke tepian
Jangan pernah berhenti
Sampai tujuan itu tercapai
Bahkan ketika tidak ada dukungan lain
Ingat selalu cinta di hati

Memang dari kejauhan
Seolah nampak timbul tenggelam
Sang biduk berlayar
Namun kekuatan cinta di hati
Menjadi kayuh yang kuat

...
Written by Ari Budiyanti
#PuisiHatiAriBudiyanti
3 Januari 2009

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun