Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(Jangan) Beri Aku Buku. Perihal Mengoleksi Buku

13 Juli 2020   22:56 Diperbarui: 14 Juli 2020   00:10 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mbak, dapat buku baru lagi?" tanya adik saya. Keluarga saya tahu benar, kalau saya ulang tahun biasanya panen buku. Maksudnya, teman-teman dekat saya suka memberi saya hadiah buku. Mereka sudah tahu kesukaan saya, membaca buku. Hadiah paling umum untuk penggemar buku, ya  buku itu sendiri.

Pengalaman sangat langka saya dapatkan waktu di Surabaya. Ini seperti kota surga buku buat saya. Bagaimana tidak, tempat kerja saya bersebelahan dengan toko buku. Lalu di lantai atas toko buku tersebut ada perpustakaan.  Saya termasuk anggota di dalamnya. Bagaimana tidak bisa dibilang surga buku buat saya?

Belum lagi banyak toko buku yang sering memberi diskon khusus bagi sekian banyak (sejumlah) pembeli pertama. Pagi-pagi, toko buku belum buka, sudah bersiap di depan toko. Wah ada-ada saja ya kisah saya. Pernah juga saya hampir seharian di toko buku tersebut karena nyaman. Ada tempat khusus untuk baca-baca. Pagi hingga sore saya bisa hanya tinggal tenang di toko buku.

Satu kali waktu berulang tahun, saya mendapat hadiah voucher buku dengan jumlah yang banyak dari teman-teman saya. Mereka saking bingungnya mau beri saya hadiah buku apa, jadi diberi voucher untuk membeli buku, bebas pilih di toko buku dekat tempat kerja saya. Siapa sih yang jadi tidak kalap pegang uang sejumlah itu untuk dibelanjakan buku?

Jadi mereka mengumpulkan uang dan terkumpul sebanyak jumlah tertentu (yang tidak sedikit menurut saya) untuk membeli voucher buku, lalu dijadikan hadiah ulang tahun saya. Saya saja mengingat kenangan itu hampir tidak percaya kalau pernah mengalaminya. Begitulah, banyak koleksi buku saya adalah pemberian teman. Tidak semuanya saya beli dengan uang sendiri.

Pernah juga saya pulang dari Surabaya untuk sebuah kunjungan, tiba-tiba mendapat pertanyan dari Ibu saya. "Ari, beli buku lagi ya di Surabaya." Kaget juga dapat pertanyaan itu. perasaan saya tidak beli banyak buku. Hanya beberapa buklet kecil yang saya memang sudah lama ingin punya. Paling, tidak sampai seratus ribu untuk membeli beberapa buklet sekaligus.

Ibu menunjukkan paket yang datang dari Surabaya, setumpuk buku tebal. Saya kaget juga, tidak merasa membeli buku, tapi ada kiriman buku. Ternyata buku itu dikirim seorang teman lama. Dulu waktu kuliah saya sering pinjam koleksi bukunya yang mahal-mahal. Tapi saya tak pernah punya kesempatan membeli buku-buku bagus tersebut.

Buku hadiah teman. Dokpri
Buku hadiah teman. Dokpri

Buku-buku karya penulis favorit saya Philip Yancey dan dokter Paul Brand. Betapa bersukacitanya saya mendapat setumpukan kiriman buku baru. Semuanya buku baru beli di toko buku. Terlihat dari kemasan bukunya. Wah langsung saya telepon teman saya untuk memastikan, ternyata benar itu dikirim untuk hadiah buat saya. Saya saja tidak tahu, ada hadiah dalam rangka ingat persahabatan kami di masa lalu ya. Saya terima saja.

Buku hadiah teman. Dokpri
Buku hadiah teman. Dokpri
Teman saya ingat kalau saya suka buku-buku itu dan membelikannya untuk saya. Kejutan manis dari Tuhan. Padahal boleh dibilang, kami juga lama tidak kontak. Rejeki tak lari kemana ya. Itu salah satu kisah menarik saya dengan kiriman buku dari teman.

Pada waktu saya memutuskan pindah kerja dekat kampung halaman, seorang teman juga memberi hadiah perpisahan berupa buku. Waktu saya keluar dari tempat kerja lainnya, beberapa teman kenalan saya, juga memberikan buku tebal sebagai kenangan lainnya. 

Buku-buku itu seolah mempunyai magnet untuk melekat pada saya. Datang sendiri tanpa saya minta. Membayangkan memiliki buku-buku itu saja, saya tidak pernah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun