"Mbah, punya kardus atau tidak?" tanya adik Moses malam-malam. "Kalau di toko Mbah ada banyak, kalau di rumah tidak ada." Dan keesokan harinya sudah ada kardus yang diambil dari toko mbah untuk Moses. Lalu siangnya, setelah selesai mengerjakan tugas dari sekolah, Moses pun mengajak bapak dan kakaknya, Mas Radit untuk berkarya bersama membuat berbagai permainan dari kardus.
Anda mungkin bisa tebak ya, mereka membuat apa saja. Karena keduanya anak laki-laki, Radit dan Moses memilih membuat aneka permainan berupa senjata. Apalagi Moses sangat ingin jadi tentara di kemudian hari.Â
Sekali lagi keterbatasan di rumah mbah, ketiadaan mainan kesukaan Moses, membuat Moses ingin berkreasi lagi membuat alat permainannya sendiri. Tentu saja kali ini dengan bantuan Mas Radit dan Bapak Eri.
Untuk memperindah senjata buatan mereka, digunakan lakban coklat. Cukup lama mereka membuat perlatan perang dari kardus. Selain senapan dan pistol ada juga pisau kecil. Peralatan-peralatan perang ala Moses dan Radit.
Setelah selesai semua keguatan pembuatan senjata permainan dari kertas kardus, mereka berdua pun asyik bermain tembak-tembakan. Ada yang pura-pura jadi polisi, ada juga yang jadi penjahatnya, secara bergantian.Â
Bahkan kadang keduanya menjadi polisi dan penjahatnya hanya dalam bayangan saja. Mereka mengembangkan imajinasinya untuk bermain bersama. Seru dan pastinya ramai sekali. Hanya dua anak laki-laki kecil sudah meramaikan suasana rumah Ibu saya.
Saya tidak tahu bagaimana dengan anak-anak lain pada umumnya. Apakah mereka yang kecanduan game online dalam gawai bisa menaikkan emosi anak menjadi kasar? Dari beberapa cerita yang saya dengar, ada kecenderungan seperti itu. apalagi jika game online yang dimainkan berkaitan dengan perang-perangan.
Setiap kita, orang dewasa mungkin tidak mau melihat anak-anaknya kecanduan game online. Membuat gawai seperti melekat di tangan. Lupa makan dan minum, tak mendengarkan sapaan. Wah kalau seperti ini pasti sudah tingkat tinggi kecanduannya.Â
Karena itu, peran orang tua sangat besar untuk secara aktif menolong anak menjaga keseimbangan antara bermain gawai dan bermain permainan lainnya. Atau setidaknya melakukan aktivitas bermanfaat lainnya. Bermain gawai itu masih diijinkan, asal tidak berlebihan bukan?
Apakah Anda bisa memisahkan sama sekali gawai dari anak-anak? Saya rasa ini pergumulan berat bagi anak-anak jaman now dan juga orang tua.Â
Mereka generasi milenial yang tak bisa terpisahkan dari penggunaan gawai, terlebih sebagai alat permainan. Karena itu, perlu adanya ketegasan dari orang tua untuk mengurangi penggunaan gawai pada anak.Â