Desaku yang kucinta, pujaan hatiku. Sepenggal lirik lagu yang mengingatkan selalu akan kampung halaman. Tempat Ayah dan Bunda tinggal dan merawat saya hingga masa remaja. Kampung yang masih asri ini sudah semakin berkembang. Jalan raya utama di kampung kami ini sudah dirapikan. Sangat nyaman untuk berkendara motor ataupun untuk jalan pagi.Â
Seperti saya tuliskan dalam artikel pertama saya dalam Samber THR tahun 2020 ini di Kompasiana, saya menuliskan keprihatinan saya akan adanya kebiasaan lama dari warga kampung dalam menyambut bulan Ramadan. Anda bisa baca artikelnya di sini.
Kebiasaan menyalakan petasan di jalan raya saat pagi hari sambil berjalan pagi masih juga berlangsung sampai hari saya menuliskan artikel kemarin. Karena itu saya tuliskan harapan saya untuk Ramadan kali ini agar tidak ada yang bermain petasan. Apalagi mengkngat kondisi masyarakat bumi pertiwi yang sedang dalam wabah pandemi covid 19. Rasanya sangat tidak etis menurut saya.Â
Banyak warga di belahan bumi pertiwi yang mungkin masih kesulitan secara ekonomi, namun mengapa di sisi lain masih ada yang tidak bijak menggunakan uang untuk membeli petasan. Banyak orang untuk membeli makan saja masih ada yang kesulitan, mengapa menggunakan uang untuk membeli petasan yang kemudian dibakar dan menyisakan sampah kertas tak berguna. Itupun sering dan pada umumnya tidak dibersihkan, dibiarkan saja bertebaran di jalan raya. Sungguh memprihatinkan.
Syukur kepada Tuhan, pagi ini, saya dengar kabar dari Ibu saya kalau ada mobil polisi berpatroli pagi-pagi sekali dan mengingatkan anak-anak untuk pulang. Mereka dilarang jalan-jalan pagi sambil bermain petasan.Â
Akhirnya anak-anak ini dan ada beberapa yang sudah remaja pun pulang. Biasanya mereka sengaja duduk-duduk beramai-ramai sambil melemparkan petasan ke arah jalan raya. Tentunya mengganggu sekali bagi pejalan kaki dan pengguna jalan raya lainnya.Â
Karena itu tulisan ini saya buat untuk mengapresiasi jasa para aparat keamanan negara, bapak-bapak polisi di area kampung kami yang sudah bertindak tegas untuk menertibkan warga. Meskipun mereka masih anak-anak dan remaja, namun perlu belajar berempati sejak dini pada masyarakat luas.Â
Bapak-bapak polisi juga memperingatkan dengan baik, menghimbau anak-anak dan remaja untuk pulang. Para pengguna jalan pun merasa lebih nyaman. Memang mereka jalan pagi itu baik untuk kesehatan, namun tentu saja seharusnya tanpa petasan dan tidak dilakukan berombongan. Lalu gunakan masker.Â
Kesadaran anak-anak dan remaja masih kurang dalam mengenakan masker saat merkea pergi ke luar rumah. Perlu orang dewasa terdekat yang mengingatkan mereka untuk masa-masa ini penting sekali mengenakan masker kalau akan ke luar rumah.
Jangan sekedar mewajibkan dan mengharuskan, namun memberi pengetahuan tentang pentingnya penggunaan masker pada anak-anak. Dengan demikian mereka mengenakannya dengan kesadaran penuh. Terpenting lagi, orang dewasa harus memberi teladan nyata ya.Â
Semoga artikel ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.Â