Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uluran Tangan Kecil di Gerbong Kereta Malam Itu

10 Februari 2020   21:05 Diperbarui: 10 Februari 2020   21:48 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu teman di Stasiun Gubeng Surabaya . Dokumen pribadi

Kereta api adalah salah satu alat transportasi publik yang sangat dekat dengan saya. Ada berjuta kenangan manis dan pahit bersama kereta api. Maksudnya kisah-kisah di dalam kereta api, stasiun kereta api, dan lain-lain. 

Jika saya tulis semua kisah saya bersama kereta api, akan banyak sekali. Namun ada satu kisah yang tak pernah saya lupakan. Saya terbiasa naik kereta ekonomi jurusan Bandung Surabaya.

Ketika saya coba sendirian naik kereta ini di masa lalu, ada sedikit cemas. Apalagi dulu sekitar tahun 2000 an, pengamen masih boleh masuk ke dalam gerbong kereta api. Para pedagang asongan juga bebas berjualan di dalam kereta. Nanti akan saya kisahkan juga berkaitan dengan mereka. Tapi bukan pada artikel ini.

Kereta api ekonomi pada masa itu, yang sering saya tumpangi, memang pernah mengalami gelap gilita di dalam gerbong. Lampu kereta mati dan posisi malam hari. Kadang saya heran, mengapa saya bisa seberani itu ya pada masa lalu.

Masa-masa yang mewajibkan saya berani menempuh perjalanan yang boleh dibilang riskan. Saya percaya karena penjagaan Tuhan saja, saya selamat melalui masa-masa itu. 

Pada suatu perjalanan naik kereta api malam yang gelap, saya ingat tidak mendapat tempat duduk. Cukup sering saya mengalami ini. Berdiri malam-malam mengikuti gerakan kereta api. Saya sering memikirkan kalimat-kalimat bijak yang saya baca dari berbagai buku.

Seperti malam itu, saya sedang memikirkan satu kalimat indah "Satu tindakan kebaikan sederhana dapat mengubah hidup seseorang." Sayang sekali saya lupa dari buku apa. Terlalu banyak buku yang pernah saya baca, tak sanggup mengingat semua sumbernya.

Saya memikirkan baik-baik kalimat itu sembari tetap waspada di gerbong kereta yang gelap itu. Apakah benar tindakan kebaikan sederhana tersebut benar-benar bisa mengubah hidup seseorang yang menerima kebaikan dari kita. Malam itu, saya mendapatkan satu pengalaman yang berharga. 

Seorang anak kecil mengikuti langkah bapaknya melewati gerbong demi gerbong. Goncangan kereta api membuat langkah anak ini tidak seimbang. Tiba-tiba saja saat dekat tempat saya berdiri, anak ini mengulurkan tangannya pada saya.

Saya yakin, jika Anda yang berada dalam posisi saya, Anda spontan akan menolongnya. Demikian juga saya. Saya langsung sigap mengulurkan tangan saya dan menolong anak itu melangkah melewati gerbong kereta dekat saya. 

Anda jangan bayangkan gerbong kereta ekonomi masa lalu serapi sekarang. Kala malam, mereka, penumpang yang tidak mendapat tempat duduk seperti saya, bisa duduk di lantai kereta, bahkan ada pula yang tiduran. Saya mengalami sendiri semua pengalaman itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun