Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Valentine Dua Hati Menyatu di Kota Frankfurt Kala Senja

14 Februari 2020   06:00 Diperbarui: 18 Desember 2021   09:50 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Frankfurt City. Germany. Photo by Hennie Triana

"Tania.. apa kau sudah berhenti berpuisi?" tanya mama di suatu senja yang cerah. Mungkin menurut mama cerahnya senja menular ke hati anak perempuannya. Ternyata tidak. Hati Tania kini sedang mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan air mata. Namun Tania selalu menemukan cara untuk menyimpan laranya sendiri. Ia tak mau mama tahu sedih yang dirasakannya. 

"Mama. Ini mumpung senja cerah. Aku jalan-jalan dulu ya. Siapa tahu aku bisa berpuisi setelah melihat alam." Senja cerah di bulan Februari tetap saja dingin di kota ini, pikir mama. Tapi seandainya melarang pergi, pasti Tania akan sedih.  Mama berpikir keras, melihat alam yang mana dan seperti apa maksud Tania. 

Di kota Frankfurt tempat mereka tinggal sudah sangat padat. Frankfurt yang termasuk salah satu kota terbesar di Jerman ini, sungguh menguras energi mereka sekeluarga dalam bekerja. Biaya hidup yang mahal menuntut mereka untuk sebisa mungkin berhemat agar bisa menabung. Mama tak ingin membahasnya senja itu. Mama hanya mengangguk dan memberi jawaban singkat. "Ingat waktu ya. Pulanglah sebelum gelap." 

Tania tersenyum. Dari ruang makan terdengar adiknya berseru "Kak Tania, aku ikut ya". Tania tak bisa menolak permintaan Alex adik lelaki satu-satunya. Saudara yang paling disayanginya. Karena mereka memang hanya dua bersaudara. Saling menyayangi dan memperhatikan sudah menjadi hal yang wajar. Tania mengangguk .

Terlihat sepintas dari sudut mata Tania, mama tersenyum lega. Seolah merasa tenang karena anak perempuannya ada yang menemani. Iya memang adiknya sendiri. Setidaknya mereka bisa saling menjaga. 

Frankfurt. Photo by Hennie Triana
Frankfurt. Photo by Hennie Triana
"Dingin sekali Tania, kau mau kopi?" tanya Alex pada kakaknya. Iya kadang di depan mama memang Alex akan panggil kak Tania, tapi kalau sedang berdua saja, lebih nyaman langsung panggil nama pada kakaknya. 

"Kau tunggu di bawah pohon ini ya, jangan pergi jauh. Aku hanya sebentar" pesan Alex pada kakaknya. Tania hanya mengangguk dan menikmati udara senja yang memang dingin itu di bawah pohon. 

Alex menuju sebuah kafe yang tak jauh dari tempat Tania menunggu. Matanya tertuju pada sesosok pria yang pernah dilihatnya di handphone Tania. Ada seseorang yang pernah dan sangat istimewa di hati Tania. Alex mengetahui rahasia itu tanpa sengaja. Saat dia melihat foto seorang pria memegang gitar di handphone kakaknya. 

"Hi, are you Indonesian?" sapa Alex tanpa basa-basi pada pria yang sedang duduk di sudut kafe dekat pintu masuk. "Ya, saya orang Indonesia. Anda juga?" jawab pria tersebut.

Alex merasa senang karena pria yang tak dia tahu nama itu mengajaknya bicara bahasa Indonesia. "Apakah kau sedang berlibur di sini?" Alex melanjutkan tanyanya. 

"Aku memulai study S2 ku di sini. Kau sendiri, bekerjakah?" tanya pria itu. Alex hanya mengangguk. Sebentar Alex sampai terlupa hendak memesan 2 gelas kopi panas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun