" Guru-guru menolong murid-muridnya untuk menemukan benda-benda penting yang mereka hilangkan hampir setiap hari.Â
Kadang tugasnya, tas sekolahnya, atau sebuah pensil.Â
Di waktu-waktu yang lainnya, (yang hilang) itu bisa keberanian, percaya diri atau senyum mereka. "
Â
Kira-kira demikian arti dari kata-kata pada gambar di atas. Apakah Anda pernah punya pengalaman ini? Saya, sering sekali.
Entah berapa kali murid-murid kecil saya berulang kali kehilangan benda-bendanya. Bisa pensil, penghapus, itu kasus yang paling sering. Dan paling menggemaskan, kasus kehilangan ini seringkali di tengah jam pelajaran. Dari tahun ke tahun, itu yang terjadi di sela-sela waktu mengajar saya.Â
Saya juga tidak bisa mengabaikan hal tersebut. Ada karakter siswa-siswi khusus yang akan meratapi kehilangannya. Bagi mereka, itu seperti harta karun. Kalau tidak segera ditolong mencari, bisa terjadi aneka kegaduhan di kelas. Mulai dari merengek, menangis, atau sibuk keliling ruang kelas mencari benda-benda yang hilang itu.Â
Sebenernya bukan hilang karena diambil orang lain, paling sering karena jatuh, lalu menggelinding agak jauh atau masuk ke tas makan mereka. Tak jarang mereka lupa meletakkannya. Misalnya di dalam saku baju, atau bahkan ada beberapa anak yang sibuk cari pensil, ternyata dia taruh sebagai penghias buat rambut yang diikat. Biasanya ini terjadi pada anak perempuan.Â
Kalau anak laki-laki, kadang suka menyelipkan pensil di telinga mereka saat mendengarkan penjelasan materi. Giliran diminta menulis dia akan kebingungan cari pensil. Ternyata ada di telinga mereka. Â Anda yang pengajar apakah ada yang pernah alami ini? Sekali lagi kalau saya sering.
Smile.. (Ketika Senyum Itu Hilang)
Bagaimana kalau yang hilang itu senyuman dari wajah-wajah ceria anak-anak kecil ini? Bagaimana dan di mana menemukannya, lalu mengembalikannya ke tempat semula?
Kadang saya suka diam-diam memperhatikan murid-murid saya. Ya sering tapi dalam diam. Anak-anak akan cenderung laporan aneka macam hal pada gurunya, tentang apa saja. Â Ada kalanya pula sensitivitas seorang guru sangat diperlukan untuk melihat anak-anak yang memendam "laporannya" dalam hati sehingga sesekali, dalam beberapa saat mereka tidak menunjukkan senyuman.
Saat-saat seperti ini saya mensyukuri kesensitifan saya sehingga bisa menemukan hal demikian. Biasanya saya akan panggil si anak dan mengatakan "pengamatan" saya padanya. Hal yang membuat saya kadang bangga adalah ketika mereka menatap saya dan bilang "Koq miss tahu ?"Â
Ini rahasia seorang guru ya. Lalu ketika mereka mulai menceritakan isi hatinya pada saya, biasanya saya dengarkan saja lalu memberi mereka pilihan. Saya mengarahkan bagaimana caranya mengatasi masalah tersebut sendiri. Ada kalanya saya menolong mereka langsung dalam beberapa kasus khusus. (in some specific cases ) Ini perlu hikmat Tuhan.
Murid-murid saya juga perlu belajar tentang "solve their own problems" alias menyelesaikan masalah mereka sendiri. Tidak terus menerus bergantung pada guru yang selalu menolong. Namun jika mereka mengalami kesulitan menyelesaikannya sendiri, saya selalu mencoba bersiap diri membantu. Ya, termasuk membantu mereka menemukan senyum mereka kembali, menemukan keberanian mereka, dan juga kepercayaan diri mereka.
Itulah salah satu berkat dari Tuhan untuk saya sebagai guru. Kebahagiaan yang saya dapat ketika melihat murid-murid saya bertumbuh dalam karakter yang baik.
(Meskipun tetap porsi terbanyak dan yang paling sering adalah menemukan penghapus dan pensil)
Sebuah kisah di waktu lalu
17 November 2017
Written by Ari Budiyanti
My teaching's adventure
I love teaching