Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pria Pemain Biola, Apa Aku Cinta?

18 Oktober 2019   18:46 Diperbarui: 7 Oktober 2021   20:58 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ari. Farm House. Lembang Bandung

"Haha, bagus kau datang tepat waktu. Emm tapi aku minta maaf karena aku tak bisa datang ke konser malam ini, aafkan aku." Kecewa. Langsung itu yang kurasakan. Aku sudah terlanjur berharap bisa melihat konser musik itu setelah sekian lama. "Tapi, jangan kawatir. Aku sudah minta sepupuku datang menggantikanku. Nanti kamu datang ke konser itu bersama dia ya. Aku sudah berikan nomor telponmu padanya. Dia udah jalan. Kalau ada telepon dari nomor asing, angkat ya" 

Dika tahu dari dulu aku tak pernah mau angkat telpon dari nomor asing. Karena Dika sudah berpesan begitu jadi mau tak mau, aku harus angkat telpon dari sepupunya. "Baiklah" jawabku singkat. Aku tahu Dika sangat sibuk sebagai dojter spesialis. Pantas juga kemarin dia hanya bisa menemuiku sebentar. Lamunanku buyar saat ponselku berbunyi lagi dari nomor tak kukenal. Langsung kuangkat. 

"Hallo, saya sepupunya Dika. Maaf Anda ada di mana?" Suara itu sepertinya aku kenal. Siapa ya? 

"Ssya duduk di sudut taman di bawah pohon tabebuya kuning. " astaga kenapa aku bilang nama pohon bunga. Aku kupa. Apakah dia mengenali nama bunga? Ah sudahlah biar dia mencari. 

Jantungku berdetak lebih kencang saat seseorang yang kukenali muncul di depanku "Anthony. Kamu?" Dengan senyum yang menghiasi wajahnya dia mengulurkan tangannya "Hallo Laras, aku sepupu Dika, anthony. Apakah sudah siap? Bisa berangkat sekarang?" Aku menjabat tangannya dan menganggukan kepala masih dalam terkejut dan terpesona.

Ya Tuhan, apa ini kejutan dariMu di atas sana? Aku bersama pria pemain biola itu akan menonton konser musik klasik bersama dan ini karena Dika. Apakah ini ketidaksengajaan ataukah sudah Dika persiapkan? Aku benar-benar tak tahu. 

Dalam diam kami melangkah menuju mobil sedan hitam milik Anthony, pria pemain biola yang kusuka. Dia memperlakukanku dengan sangat sopan. Membukakan pintu mobil dan mempersilahkan aku masuk ke mobilnya dengan tenang. Apakah dia tidak merasa detakan jantungku yang mungkin terdengar cukup keras bagiku.

Setengah jam perjalanan dari taman kota sampai kami tiba di tempat konser musik klasik itu. Duduk tenang dan menikmati lagu-lagu klasik kesukaan kami. Anthony juga seorang pencinta musik klasik. Hampir setiap lagu yang dimainkan dia tahu. Hingga akhirmya lagu penutuppun dimainkan. Dan lagu itu, serenade yang digubah oleh Franz Schubert. 

Tanpa kubisa tahan, air mata ini menetes di lagu terakhir. Antara rasa suka, sendu, rindu menyatu di dadaku malam itu. Dan, kurasakan jemari hangat menyeka air mataku. Tanpa kata, Anthony mengusap air mataku. Itu membuatku tersentak. Dia ternyata memperhatikanku. Aku kira dia fokus hanya pada konser saja. 

Dalam perjalanan pulang, Anthony tiba-tiba bersuara, "Aku sangat menyukai musik itu. Dan setiap kali di taman bunga, aku selalu ingin memainkan musik Serenade ini. Aku selalu hanyut dalam buaian rasa saat aku memainkan musik ini. Laras, kenapa kau begitu hanyut dengan musik Serenade ini? Kau sampai menangis tadi." Entah mengapa dia, pria pemain biola ini tiba-tiba berbicara sebanyak itu. 

"Aku.. aku tak tahu" jawabku singkat sambil menahan desakan dalam kalbuku. Apakah aku masih juga merindu dia yang telah selamanya pergi dariku. Ataukah aku mulai mempunyai perasaan pada pria pemain biola yang kini berbicara denganku. Apa mungkin aku bisa jatuh cinta hanya karena kami mencintai musik yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun