Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pria Pemain Biola, Apa Aku Cinta?

18 Oktober 2019   18:46 Diperbarui: 7 Oktober 2021   20:58 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ari. Farm House. Lembang Bandung

"Besok aku jemput ya di sini. Ingat harus datang tepat waktu. Kita berangkat pukul 6 sore karena acaranya mulai tepat pukul 7 malam. " Dika bersiap pergi. Saat kutahan dengan tanyaku. "Jadi, kita bertemu hanya untuk tiket ini, habis itu udahan? Kamu mau ke mana?" Tanyaku penasaran

"Jam 6.30 malam aku ada praktek di RS. Bisa sampai jam 9 malam. Eh kamu makan malam sendiri ya. Lain kali aja kita makan bareng. Aku buru-buru. See you Laras"

Bergegas Dika pergi meninggalkanku tapi masih sempat kuucapkan terimakasih padanya untuk tiket konser itu. Saat aku hendak beranjak pergi, pulang ke rumahku, aku mendengar lagi alunan musik itu. Apakah pemain biola itu ada di sini juga? 

Dengan langkah cepat aku menuju ke sudut taman di mana bisa kutemui pemain biola itu. Serenade lagi yang dimainkannya. Dan dia sendirian saja. Sama sepertiku. Kali ini kubulatkan tekadku. Akan kudengarkan dan kuajak bicara. Aku hanya ingin tahu mengapa dia suka memainkan lagu itu saat ada aku. 

Astaga, saat ada aku. Yang benar saja. Dia saja tidak tahu aku ada di taman. Lagi-lagi kudapati dia memainkan biolanya dengan penuh perasaan. Sungguh langsung membawa senduku hadir seketika. 

"Tunggu" ketika kudapati pemain biola itu hendak pergi lagi setelah memainkan musik Serenade karya Schubert. Dia terkejut dan menatapku "Maaf, anda siapa?" Tanyaku lagi. Tatapannya setajam itu mengingatkanku akan sesorang itu yang telah lama pergi dariku selamanya. 

"Aku hanya seorang pemain biola saja" jawabnya sambil tersenyum dan siap beranjak pergi. "Saya Laras, siapa nama Anda?" Cepat kulancarkan acara perkenalan kilatku. "Anthony, senang berkenalan dengan Anda, nona Laras." Jawabnya santun. Lalu menganggukan kepalanya tanda pemitan padaku dan melangkah pergi. Astaga mengapa dia begitu misterius begini bagiku.

Aku tak mau menahan lebih lama. Aku pun membiarkan dia pergi. Mungkin cukup sampai di sini. Aku tak boleh terbawa perasaan hanya karena lagu itu. Tapi, tiba-tiba aku sangat rindu pada semua kisahku saat masih bersama seseorang yang istimewa di hatiku. Tanpa sadar menitik air mataku. Aku rindu, setelah bertahun-tahun, muncul lagi rasa itu hanya karena sebuah lagu. 

Langkah pelan menuju rumahku. Membawa selembar tiket untuk konser besok malam. Kubenamkan semua rindu dan rasaku dalam buaian lagu itu lagi. Sampai aku tertidur dalam sendunya malam minggu. Dan lagi-lagi aku lupa makan malam itu.

Minggu sore menjelang, saat aku menunggu kabar dari Dika untuk pergi bersama. Tapi sampai pukul 6 saat kami janjian bertemu, tak jua ada kabar darinya. Dan aku pun masih menunggu di taman bunga. Tiba-tiba poneslku berbunyi. Senang sekali aku, itu dari Dika. 

"Hai Dika, aku sudah di taman sejak 15 menit lalu. Aku datang tepat waktu bahkan lebih awal. Kamu di mana?" Kataku menyambut telpon itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun