Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemuisi dan Pemusik itu Bertemu di Taman Bunga

11 Oktober 2019   19:48 Diperbarui: 3 Oktober 2021   01:48 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Aster. Photo by Ari

Tersentak aku mendengar pintu ryanganku diketuk kembali. Malam-malam begini. Bukankah waktunya orang sudah pulang semua. Apakah masih ada staf yang lembur tanpa ku ketahui? 

Kali ini aku tak menjawab, langsung menuju pintu untuk memastikan siapa yang datang. "Sekar?!!" Seruku terkejut saat kubuka pintu dan kudapati Sekar berdiri membawa makan malam untukku lagi. Tanpa meminta persetujuanku, dia masuk saja ke ruangan kerjaku, melewatiku yang berdiri kaget di pintu. 

"Saya tahu pak Rian belum pulang dan juga belum makan. Saya sudah pesan dua makan malam. Saya harap pak Rian tidak keberatan kalau saya makan di sini bersama Anda" 

Aku menutup pintu ruang kerjaku, lalu duduk di depan Sekar yang sudah menyiapkan semua keperluan makanku. Sambil tersenyum manis dia mempersilakanku untuk makan.

"Kenapa belum pulang?" Kataku singkat. "Saya tadi sudah mau pulang tapi saya lihat ruangan Anda masih menyala lampunya. Jadi saya batal pulang. Masa bos saya masih kerja lembur, saya anak buahnya pulang duluan. Saya merasa tidak enak. Siapa tahu Anda akan membutuhkan bantuan saya."

Tidak ada beban sedikitpun dalam mengatakan semuanya itu. Lalu menyantap makanannya dengan lahap. Namapak sekali kalau dia lapar. Tak banyak bicara kami menyelesaikan makan malam. 

"Pak Rian, saya tenang mengetahui pak Rian sudah makan malam. Saya pamit pulang ya. " kata Sekar dengan entengnya. Dia tidak tahu kalau semua perbuatan dan perhatiannya dua kali ini menyaiapkan makan malam untukku sudah menambah debaran di hatiku. 

"Tunggu, saya sudah hampir selesai. Nanti kuantas pulang" Entah kekuatan dari mana mambuatku menahannya agar pulang bersamaku. Sekar hanya mengangguk. 

Segera ku selesaikan dengan cepat tugas laporanku dan pekerjaan timku yang lainnya. Sekar membantuku sebisanya merapikan segala yang perlu. Tepat pukul 8 malam kami selesai semua pekerjaan dan segera pulang. 

Sekar sama sekali tidak keberatan kuantar pulang. Dalam perjalanan pulang, di dalam mobilku, Sekar tiba-tiba menyenandungkan sebuah lagu. Aku tersentak. Lagu itu. Dari mana dia tahu? Itu lagu yang kuciptakan dua bulan lalu di taman bunga dekat rumahku saat malam minggu. 

Aku mendadak menghentikan mobilku di punggir jalan. Sekar terkejut. "Maaf pak Rian, apa suara saya buruk dan mengganggu Anda?" Sekar bicara gugup. Belum pernah dia secemas itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun