Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menabung adalah Cara Simpelku dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

2 Agustus 2019   23:55 Diperbarui: 3 Agustus 2019   00:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi. Design photo di photogrid. By Ari

Uang menjadi kebutuhan utama manusia. Mengapa bisa saya sebutkan demikian? Benar sekali ada kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer kita meliputi sandang, pangan, dan papan. Sandang berkaitan dengan pakaian yang kita perlukan. Pangan merupakan kebutuhan makanan sehari-hari. Sementara papan dalam arti tempat tinggal kita, atau sebutlah rumah.

Uang mempermudah kita memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer itu. Kita tak bisa pungkiri, setiap kita membutuhkan uang. Di dunia modern ini, keberadaan uang memang sudah bisa disederhanakan dalam hal penyimpanannya. Masyarakat modern pada umumnya sudah mulai mengurangi penggunaan uang cash. Sebagian besar orang sudah mulai beralih memggunakan e-money, atau uang yang disimpan dalam kartu. 

Penggunaan e-money atau uang elektronik memang lebih simpel. Kita tidak perlu repot-repot bawa uang cash dalam jumlah banyak. Selama saldo e-money kita mencukupi, akan jauh lebih mudah di bawa ke mana-mana. Simpel bukan? Meskipun demikian, uang adalah uang, baik dalam bentuk cash maupun elektronik. Uang harus dikelola dengan baik oleh pemiliknya. 

Saya akan sedikit membagikan kisah saya berkaitan dengan pengaturan uang saya pribadi. Saya pernah juga mengalami kegagalan dalam pengelolaan uang. Saat saya mencoba menggeluti dunia bisnis, saya sempat merugi cukup banyak. Jujur itu peristiwa yang menyedihkan dan sangat membekas bagi saya.

Peristiwa ini sempat membuat rasa percaya diri saya hilang. Saya merasa malu kepada keluarga maupun orang lain. Komdisi keuangan saya menjadi tidak menentu. Uang tabungan pun habis terpakai. Cukup lama untuk saya bisa bangkit dari keterpurukan. Ternyata merugi dalam bisnis bisa melumpuhkan semangat hidup saya. 

Tapi semua hal itu tidak selamanya buruk. Saya mulai berdamai dengan diri saya sendiri. Saya mencoba menemukan prkerjaan yang sesuau dengan "passion" saya lagi. Saya sempat mengira menjalankan bisnis merupakan hak utama yang ingin saya tekuni. Tapi fakta membuktikan, bahwa saya ternyata tidak berhasil dalam bisnis.

Akhirnya saya pun kembali mengajar sebagai guru di sebuah sekolah, setelah sebelumnya saya berhenti mengajar, sekitar 4 tahun. Jadi total waktu saya mencoba berkecimpung di dunia bisnis pun berkisar 4 tahun. Ketika mulai menjadi guru lagi, saya mulai bisa mencukupi kebutuhan saya pribadi tapi hanya pas-pas an saja. 

Mungkin karena saya belum bertemu dengan instansi yang tepat, maka saya masih belum bisa cukup menabung. Uang gaji selalu habis dalam sebulan. Keadaan itu pun tidak berlangsung selamanya. Saya akhirnya bekerja di instansi lain yang lebih baik dalam memperhatikan kondisi guru dan stafnya. Setidaknya untuk saya, bisa mulai menabung sedikit demi sedikit. 

Tapi, di tengah usaha saya menabung, saya ternyata sempat mengalami sakit yang membuat saya harus berobat ke dokter secara rutin. Tidak sedikit uang yang saya keluarkan. Uang tabungan saya pun kembali ludes alias habis. 

Saya sering bertanya-tanya, mengapa kondisi saya terus saja krisis keuangan. Apakah saya yang kurang bisa mencukupkan diri dengan uang yang saya punya? Saya mulai mengintropeksi diri. 

Saya mencoba mencari solusi sendiri atas masalah keuangan yang saya alami. Sampau akhirnya, setelah saya mulai stabil kesehatannya, saya mulai bisa menabung lagi. Saya kemudian mendisiplin diri saya dengan membuka satu rekening baru. 

Rekening baru ini adalah khusus untuk menabung. Belum sempat saya rutin menyisihkan gaji saya, mendadak laptop saya rusak. Mau tidak mau saya harus merogoh uang tabungan saya untuk keperluan pembelian laptop baru. Bagaimana tidak, saya butuh laptop untuk menyelesaikan pekerjaan saya. 

Akhirnya, masalah dengan laptop pun selesai. Saya sudah bertekad setiap bulan untuk menabung 1/4 dari gaji saya ke rekening khusus tabungan. Sementara sisanya 3/4 dari total gaji saya, harus bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan saya setiap bulan. 

Pembayaran uang sewa kos setiap bulan yang tidak sedikit, kebutuhan makanan dan minuman, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, termasuk membayar iuran ini dan itu. 

Selain menabung di bank dengan nomor rekening khusus, saya juga mendisiplin diri untuk menabung di koperasi sekolah. Uang untuk menabung di koperasi saya ambil sebagian dari  3/4 uang gaji saya itu. Saya juga menyiapkan uang khusus untuk memenuhi kebutuhan. Menabung di koperasi sekolah sedang memasuki tahun ke empat. 

Itu beberapa cara saya pribadi untuk mengatur stabilitas keuangan saya. Sampai saat ini, saya merasa mulai ada kenyamanan dan keteraturan dalam hal keuangan pribadi. Kalau dibandingkan  tahun-tahun sebelumnya, tentu kondisi keuangan saya sekarang mulai menunjukkan kestabilan. 

Jika setiap kita mempunyai usaha dan kesadaran untuk terus menjaga kestabilan keuangan, pastilah sedikit banyak akan berpengaruh pada lingkungan yang lebih luas, bahkan bisa jadi sampai ke lingkup negara kita. Jangan pernah meremehkan pengaturan keuangan sejak dini. Karena itu akan berpengaruh pada masa depan kita. 

Terlebih lagi jika kita mau mengenalkan budaya menabung ke anak-anak sejak kecil dengan aktif, pasti akan berdampak positif untuk masa depan bangsa. Saya masih ingat jaman saya SD dulu, saya masih bisa menabung di sekolah menggunakan buku tabungan. 

Siswa-siswa jaman sekarang malah sudah diperkenalkan untuk menabung langsung ke bank layaknya orang dewasa, tapi tentu saja menabung untuk kategori anak. 

Sebenarnya saya meneladani budaya menabung ini dari Ibu saya. Beliau sejak kami kecil, sudah rajin menabung. Meskipun aneka kebutuhan kadang membuat Ihu terpaksa menguras uang tabungan, tapi setelah mulai stabil, kan menabung lagi. Begitulan teladan Ibu saya.

Jadi, cara simpel saya untuk menjaga stabilitas keuangan adalah dengan disiplin menabung. Oya, satu lagi yang hampir terlupa. Saya juga menggunakan uang saya yang 3/4 dari gaji itu untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier. Tapi saya tidak asal pakai uang, sebisa mungkin yang juga membawa keuntungan buat saya dan keluarga. 

Saya suka mengikuti program-program khusus yang memberi hadiah. Jadi selain kebutuhan sekunder saya terpenuhi, kebutuhan tersier saya juga sekaligus terpenuhi tanpa menambah uang pengeluaran. Apakah Anda bisa menangkap maksud saya? 

Misalnya kebutuhan sekunder saya berkaitan dengan penggunaan kosmetik. Saya kan wanita, (meski banyak yang masih sering salah panggil Mas, karena nama saya), jadi saya masih perlu kosmetik. Saya tidak asal beli kosmetik saja. Tapi saya mencari promo berhadiah. 

Misalnya memdapat hadiah tas, jam tangan, dll. Nah hadiah-hadiah tersebut termasuk pemenuhan kebutuhan tersier saya. Saya malah bisa memberikan hadiah-hadiah tersebut pada keluarga. Paling sering memang saya berikan pada Ibu. Ini membuat Ibu saya juga merasa senang. Tanpa saya mengeluarkan uang tambahan. Jadi dengan satu saja jenis pengeluaran, ada dua jenis kebutuhan yang terpenuhi.

Contoh terakhir yang saya berikan berkaitan dengan bijak dalam berbelanja dan tidak menjadi konsumtif hanya karena mempunyai uang lebih. Mungkin Anda punya contoh pengalaman lain yang mirip? 

Saya selalu bilang pada diri saya, sebisa mungkin, tidak boleh otak atik uang dalam rekening khusus tabungan di bank dan tabungan di koperasi Sekolah. 

Jika ada masa di hidup Anda  menjadi suram dalam hal keuangan, berusahalah untuk tetap memiliki semangat. Yakinkanlah diri Anda bahwa itu tidak selamanya. Bangkit kembali untuk memperbaiki diri, jauh lebih penting dan berguna dibandingkan meratapi kesuraman keuangan yang menimpa kita. 

Dan ini berlaku bukan hanya dalam kesuraman keuangan, tapi juga aspek hidup lainnya. Semangat menjalani kehidupan dengan lika-likunya.

Sekian kisah saya, semoga bermanfaat. 

...

Written by Ari Budiyanti

2 Agustus 2019

#Blogcompetition

#BankIndonesia

#BankIndonesiaSSK

#SSkperiode2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun