Bulan Mei lalu saya "menantang" diri saya sendiri untuk menulis artikel dengan topik yang berbeda. Bagaimana caranya? Iya, saya mengikuti blog competition Samber Thr. Selama 33 hari ada topik pilihan yang sudah ditentukan Kompasiana. Dengan begini, saya mau tak mau menantang diri saya untuk menulis apapun topik harian yang sudah ditetapkan panitia.Â
Ada harapan lain sebenernya, mungkin dengan rutinitas menulis aneka ragam artikel, saya bisa ikutan jadi peraih K-Rewards Mei 2019. Pas lihat ada artikel muncul tentang pengumuman peraih K-Rewards Mei 2019, saya sangat antusias
Saya baca berulang-ulang (lebay ya) siapa tahu saat membaca pertama, saya melewatkan nama saya yang memang tiada. Membaca lagi ke dua dan ke tiga kalinya, masih juga tidak ada nama saya ternyata (berasa galau). Ternyata memang saya tidak masuk jajaran peraih K-Rewards Mei 2019 ini. Mau dibaca berkali-kali pun ya hasilnya sama (belajar menerima kenyataan).
Setidaknya sampai tulisan ini saya buat, saya sudah bertahan menulis selama 29 hari dengan topik-topik pilihan panitia. Ada banyak pengalaman menarik saat membuat tulisan-tulisan dalam hitungan 29 hari ini. Semoga saya bisa tuntas 33 hari memenuhi tantangan untuk diri saya sendiri.Â
Satu hal menarik ingin saya bagikan, adalah saat menulis cerpen. Saya mendapati bahwa saat saya memulai menulis cerpen di bagian draft Kompasiana, saya tak tahu mau tulis kisah apa. Tidak ada ide atau inspirasi. Tapi, ketika saya mulai menulis, (tiba-tiba) alur cerita mengalir. Bahkan duankali topik cerpen tulisan saya jadi pilihan editor. Kaget juga. Tapi tetep aja ada seneng itu.
Bahkan sering saya perhatikan, puisi-puisi saya mendapatkan vote dari rekan-rekan Kompasianer jauh lebih cepat dari pada artikel narasi sederhana lainnya. Nah, saya jadi merasa kalau spesifikasi saya justru di puisi saja.Â
Waktu ada tantangan bikin cerpen bertema, galau juga. Taoi saya tak mau menyerah, saya coba buat. Dan hasilnya memuaskan untuk saya pribadi. Kedua cerpen saya masuk kategori Nilai Tertinggi di Kompasiana. Seneng, pasti dong. Apapun penilaian Anda sebagai pembaca tulisan ini, saya merasa senang saja melihat cerpen saya masuk NT.Â
Beberapa kali saya hampir menghentikan ikut blog competition ini, karena topik-topiknya membuat saya buntu ide.Â
Contoh lain, saat topik tentang berbuka puasa bersama. Saya hampir tak pernah ada acara buka puasa bersama dengan teman atau kenalan saya. Juga bertepatan di hari tersebut medsos sedang dibatasi penggunaannya. Tak bisa buka-buka koleksi foto lama saya.Â
Pernah sih bertahun-tahun lampau saat masih mengajar di Purwokerto, ada acara bukber dengan rekan-rekan di sekolah. Saya mengajar di sekolah umum, jadi ada banyak rekan-rekan yang menjqlankan ibadah puasa. Namun, apa daya, koleksi foto hanya tersimpan di memori Album FB saya. Tak bisa dibuka. Jadi, mau tulis apa?