Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Menanti Fitri Bersama Bunga (Dahlia)

23 Mei 2019   19:42 Diperbarui: 23 Mei 2019   20:14 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lia.."

Panggil Fitri dari kejauhan. Dengan enggan, Dahlia menghentikan langkahnya. Dia sangat mengenali suara sahabat dekatnya sejak masa bayi. Hanya saja, entah mengapa, rasanya hari ini enggan sekali bertemu manusia. Bahkan sahabat sendiri. 

Iya sejak bayi mereka bersahabat, karena orang tua Dahlia dan Fitri juga bersahabat. Selain itu, rumah mereka bersebelahan. 

Sebentar saja Fitri sudah berada di sebelah Dahlia dengan wajah cerianya. 

"Kenapa lemas begitu?" Tanya Fitri terkejut melihat raut wajah sahabatnya. Karena memang dari tadi, Dahlia tidak menengok ke arahnya. Fitri hanya melihat Dahlia menghentikan menunggunya. Ada yang dipikirkan serius oleh Dahlia, pikir Fitri.

"Tak apa. Aku sedang tak ingin bercerita. Aku hanya ingin membenamkan sejenak kepalaku di tumpukan buku itu." Kata Dahlia sambil menunjuk perpustakaan yang sudah di depan mata. 

Photo by Ari. Dokumen pribadi
Photo by Ari. Dokumen pribadi
"Mau ikut?" Lanjutnya lagi dengan tak yakin, karena Fitri tidak terlalu suka membaca, dia sukanya bunga. Sementara Dahlia sukanya buku. Padahal Dahlia itu salah satu nama bunga. Tapi pemilik nama ini sama sekali tidak tertarik dengan bunga. 

Fitri berpikir sejenak, malas sekali menghabiskan pagi cerah ini di perpustakaan. Mendingan pergi ke taman bunga di seberang perpustakaan. Tapi melihat wajah Dahlia yang tidak bersemangat, membuat Fitri penasaran. Siapa tahu, nanti Dahlia mau curhat. Akhirnya dia mengangguk. 

"Iya aku ikut ya, mau coba cari buku tentang bunga brunai. Ada atau tidak ya di perpustakaan?". Jawaban Fitri membuat Dahlia terkejut, padahal dia berharap sobatnya ini menolak ajakannya. Tapi ya sudahlah.

Bunga Brunai. Euphorbia. Photo by Ari
Bunga Brunai. Euphorbia. Photo by Ari
Berdua mereka masuk ke perpustakaan yang masih sepi karena baru buka. Ada bu Wina, penjaga perpustakaan yang langsung menyambut ke dua sahabat itu. Bu Wina kenal dekat dengan pengunjung setia perpustakaan, Dahlia yang lebih sering datang sendiri ke perpustakaan. 

"Selamat pagi Dahlia dan Fitri. Senang melihat kalian berdua datang pagi ini. Pengunjung perpustakaan pertama." Sambut bu Wina.

Dahlia memberi senyuman yang dipaksakan dan menganggukan kepala. "Selamat pagi bu Wina." Sementara Fitri langsung mengajak ngobrol bu Wina, "Selamat pagi bu Wina, Apakah ada buku tentang tanaman bunga Euphorbia bu Wina, saya mau pinjam."

Dahlia, berbisik ke Fitri, "aku duduk di sana ya" sambil menunjuk sepasang bangku favorit di tepi jendela dengan pemandangan taman bunga di belakang perpustakaan. 

Fitri mengangguk. Lalu kembali bercakap-cakap dengan bu Wina. Sesaat mereka sudah berjalan mengelilingi beberapa rak buku untuk menemukan buku yang dicari Fitri. "Mau berkebun bunga brunai?" Tanya bu Wina pada Fitri. Menurutnya, ini kejutan karena Fitri mau datang ke perpustakaan apalagi sampai pinjam buku.

Foto dokumen pribadi. Photo by Ari
Foto dokumen pribadi. Photo by Ari
"Benar bu Wina. Baru dapat tanaman baru dari paman. Bunga brunai, kemarin sore. Biar berhasil, niatnya baca-baca nukunya dulu." Bu Wina mengangguk, lalu menunjukkan rak buku yang berisi beberapa buku koleksi hobi menanam aneka tanaman bunga. "Cari di sini ya, Ibu tinggal dulu ya Fitri." Lalu bu Wina pergi menuju meja kerjanya. "Terimakasih bu Wina" kata Fitri ramah.

Sebentar saja Fitri sudah duduk di depan Dahlia. Melihat sahabatnya sibuk menulis, Fitri diam saja, lalu berusaha menikmati buku tentang bunga Euphorbia. Tepatnya hanya menikmati foto-foto bunga di dalam buku dan membaca keterangan-keterangan singkat saja. 

Satu jam sudah mereka duduk di perpustakaan tanpa berbincang. Sesekali Fitri melirik Dahlia yang masih sibuk menulis di laptop merah  kesayangannya. 

"Fit, kamu bosan ya. Udah 1 jam di sini dan buku itu hanya dilihat gambar-gambarnya saja dari tadi." Fitri kaget, sahabatnya ini meski konsentrasi menulis, ternyata memperhatikannya juga. 

"Eh, aku baca koq, keterangan-keterangan gambarnya. Ini aku mau pinjam bukunya, ntar kubaca di rumah aja bacaan-bacaan panjangnya." Kata Fitri berusaha mengelak. "Yuk turun, kita ke taman bunga aja" kata Dahlia.

Asyik, batin Fitri. Meski sedang nampak tidak bersemangat, Dahlia masih memperhatikan kesenangan sahabatnya, Fitri. Mengunjungi taman bunga di belakang perpustakaan. Mereka berdua beranjak dari kursi depan jendela kaca. Setelah Dahlia, selesai membereskan laptopnya, dia menemani Fitri meminjam buku ke bu Wina. 

Taman Bunga Nusantara Bogor. Photo by Ari
Taman Bunga Nusantara Bogor. Photo by Ari
Setelah berpamitan, mereka berjalan bersama menuju taman bunga. Wajah Fitri terus saja ceria dan bertambah cerah saat berada di antara bunga-bunga mawar merah dan pink yang sedang mekar. Harum semerbaknya membuat Dahlia merasa tenang. Meski dia sudah sering menemani Fitri duduk di taman bunga, rasanya baru kali ini dia memperhatikan keharuman bunga mawar di taman.

"Apa yang kau pikirkan?" Sedari tadi Fitri menahan diri, akhirnya tak tahan juga untuk bertanya. Dahlia menatap sahabatnya, berpikir antara beritahu atau tidak. "Kalau ingin menyimpannya sendiri, ya tidak apa. Tapi kalau mau bercerita, kedua telingaku siap dengarkan". Fitri menangkap gelagat sahabatnya itu.

"Lebaran ini, papa tidak pulang lagi. Masih banyak turis yang mau berkunjung saat lebaran. Katanya kalau musim liburan, dapat uangnya bisa dobel. Karena banyak orang yang tidak mau ambil kesempatan itu. Mereka lebih memilih lebaran bersama keluarganya daripada bekerja. Kan itu musim libur buat anak-anak sekolah. Waktunya berkumpul bersama keluarga"

Dahlia menahan isaknya. Sedih mengingat lebaran kali ini pun harus dilewati tanpa papanya. Mama memang menghiburnya, "Kan masih ada kesempatan lain bersama papa, tidak harus saat lebaran, sabar ya Dahlia." Kata mama Dahlia kemarin malam setelah menerima telepon dari papanya yang masih mengantar turis berkeliling pulau Bali.

"Oh." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Fitri. Tak bisa menghibur sahabatnya. Tak tega menceritakan kabar gembira kalau keluarganya akan berlibur bersama ke Jogjakarta untuk merayakan hari raya Idul Fitri di sana. Tadinya ia ingin berbagi cerita bahagia ini dengan sahabatnya. Tapi dia menahan niatnya. Dia tahu, saatnya tidak tepat.

"Bagaimana denganmu? Apa rencana liburanmu bersama keluargamu?" Dahlia bertanya pada Fitri, ingin mengalihkan pembicaraan. Fitri jadi diam, bingung mau cerita apa. Dia sudah punya rencana penuh kebahagiaan dengan keluarganya saat lebaran nanti. Tapi, apa iya pantas diceritakan sekarang? Gundah hatinya.

"Emm, biasa. Kami lebaran kali ini memang ada rencana bepergian lagi. Tapi belum diputuskan mau ke mana" kata Fitri. Memang sih keluarganya sudah membahas akan pergi ke Jogja, tapi belum diputuskan karena masih menunggu persetujuan keluarga paman yang katanya akan berkunjung ke rumah. 

Dahlia hanya tersenyum. Tak terasa sudah hampir satu jam mereka duduk-duduk di taman sambil berbincang. Fitri berusaha menghibur sahabatnya dengan menceritakan beberapa kisah lucu, namun kesedihan hati Dahlia rupanya sangat dalam, dia hanya tersenyum kecil saja menananggapi kisah-kisah lucu sahabatnya.

Akhirnya mereka berdua memutuskan pulang saja. Fitri langsung saja berjalan keluar taman kalau tidak diingatkan Dahlia. "Itu bukunya" Fitri tersenyum malu-malu. Lupa kalau dia baru saja pinjam buku di perpustakaan dan hampir meninggalkan buku itu di bangku taman.

"Bisa kena denda aku, kalau menghilangkan buku ini. Thanks Lia." Kata Fitri. Dahlia hanya mengangguk. Sesampainya di rumah, Dahlia melanjutkan tulisannya. Dibukanya laptop merahnya lalu mulai mengetik kisah yang tadi sempat dimulainya di perpustakaan. 

Mama baru saja pulang dari pasar. Mama meminta tolong Dahlia membantu menyiapkan aneka makanan untuk dijual saat jam menjelang berbuka puasa. Mamanya memang termasuk pengusaha dadakan kecil-kecilan yang berjualan aneka makanan untuk berbuka puasa. Sudah hampir 2 minggu Mama berjualan di halaman depan rumah. Banyak tetangga yang membeli juga. Termasuk keluarga Fitri.

Kesibukan Dahlia membantu Mamanya memasak, sempat membuatnya sedikit lupa dengan kesedihannya. Mungkin itu juga cara Mama menghilangkan kesedihannya karena Papa tidak pulang saat lebaran. Dahlia juga tidak menyinggung sama sekali mengenai Papanya. Dia tak mau membuat Mama sedih. Sampai akhirnya selesai memasak dan waktunya berjualan di depan rumah.

Dokumen pribadi. Photo by Ari
Dokumen pribadi. Photo by Ari
"Tante Bunga" panggil Fitri saat melihat kami sudah siap berjualan di depan rumah. "Fitri, ini pesananmu sudah Tante pisahkan." Kata Mama. "Terimakasih Tante." Kata Fitri menerima satu plastik berisi pesanannya, kolak, bubur sumsum dan biji salak.

" Tante Bunga, apakah lebaran nanti bisa ikut kami ke Jogjakarta? Tentu saja bersama Lia juga. Papa dan mama baru saja mengusulkan untuk mengajak tante Bunga dan Lia ke Jogjakarta bersama. Kan Lia libur." Fitri tersenyum ke arah Lia.

"Apa Dahlia mau?" Tanya Mama pada Dahlia. Mendengar itu, Dahlia langsung mengangguk. "Mau dong Ma, kalau Mama setuju." Mama tersenyum. "Baiklah, sampaikan pada Papa Mama, kalau Tante dan Dahlia akan ikut ke Jogjakarta. Terimakasih ajakannya."

Dahlia senang sekali, kantor tempat Papanya bekerja ada di Jogjakarta. Semoga nanti saat kami pergi ke Jogjakarta, Papa sedang memandu wisata di area Jogja. Jadi kami bisa bertemu. Rute wisatanya memang Bali, Jogjakarta dan Gunung Bromo (Jatim).

"Mama, nanti kabarin Papa ya kalau kita mau ke Jogja supaya bisa bertemu saat Lebaran." Seru Dahlia penuh semangat. "Fitri, makasih ya sudah ajak kami ikut berlibur ke Jogja." Fitri tertawa, "Iya, sama-sama" Fitri senang sekali melihat ceria di wajah sahabatnya kembali hadir setelah sepagian tadi tak muncul sedikitpun senyuman ceria. 

Dahlia berlari memeluk Fitri. "Kamu memang sahabat terbaikku" Fitri segera berusaha menyelamatkan plastik berisi pesanan orang tuanya. "Eits hati-hati. Nanti makananku tumpah. Aku batal makan kolak enak buatan tante Bunga untuk berbuka puasa." Mereka bertiga tertawa bahagia. 

Lalu Fitri pamitan masuk karena waktu berbuka puasa hampir tiba. "Selamat berbuka puasa ya Fitri, salam buat Om dan Tante." Kata Dahlia. "Iya makasih Dahlia, nanti kusampaikan pada Papa Mama" seru Fitri sambil menghilang masuk ke rumahnya.

Keluarga Fitri memang merayakan Idul Fitri. Keluarga besarnya ada yang tinggal di Jogjakarta. Sementara Dahlia sekeluarga merayakan Natal. Di kampung mereka, semua penduduknya saling menghargai, hidup berdampingan dengan damai meskipun berbeda keyakinan. Mereka juga tidak masalah beli makanan di tempat keluarga Bunga untuk berbuka puasa.

Dahlia, meskipun tidak merayakan Idul Fitri, dia juga sangat ingin berkumpul dengan Papa Mamanya di hari raya Idul Fitri. Dua tahun terakhir memang tidak bisa menikmati liburan di hari Idul Fitri bersama Papanya. Namun tahun ini, sepertinya bisa bersama Papa dan Mama saat Idul Fitri, seperti keluarga lainnya. Rasanya, Dahlia ingin hari raya Idul Fitri segera tiba.

....

Written by Ari Budiyanti
23 Mei 2019

#FiksiRamadan
#MenantiFitri"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun