Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Andai Aku Penjual Bunga

29 April 2019   19:00 Diperbarui: 13 Maret 2020   19:04 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lembang Bandung. Rainbow garden. Dokumen Pribadi

Dalam sebuah perjalananku di ibukota, pernah suatu kali aku melihat deretan rangkaian bunga beraneka warna dan bentuk menghias sepanjang jalan dan memenuhi halaman balai kota. 

Tiba-tiba aku berhayal, ya seandainya aku penjual bunga atau petani bunga di masa masa ini.

.....


Merenung dalam sepi. Mengapa tiada kunjung datang pembeli. Ah bukannya sepi itu biasa dalam bisnis. Namun jika begini terus, hati pun menjadi gundah. Bukankah kebutuhanku banyak, namun tiada jua pemesan bunga. Aku termenung menatap bunga -bungaku yang berjajar manis di tokoku.

Tiba-tiba terdengar suara teleponku berbunyi. Juga handphone berdering.
Bukan hanya nada panggilan, namun juga ada nada pesan masuk. Pesan-pesan singkat. Terperanjat aku dari lamunanku. Kuangkat telepon lebih dulu yang berdering di awal. Dan ternyata pemesanan bunga, khusus untuk seorang yang dikagumi.

Baiklah, kutulis pesannya. Juga kupilihkan jenis rangkaiannya. Lalu kututup teleponnya. Kuangkat handphoneku, panggilan masuk lainnya. Apakah sedang aku bermimpi.Kumendapatkan lagi pesanan bunga untuk orang yang sama. Seseorang yang begitu dikagumi.


Demikianlah hari itu, telepon tokoku dan handphoneku terus berdering bergantian. Dan semuanya pesanan bunga dengan berbagai variasi dan pesan singkat. Semuanya dari orang-orang yang berbeda.

Aku terkejut begitu juga semua rekan yang bekerjasama denganku. Kami mendadak begitu sibukmenyiapkan semua pesanan.
Apakah aku menduga sebelumnya? Oh tidak. Ini seperti mimpi, semua begitu mendadak. Semua mengejutkan termenungku yang dalam sepi tadi.

Syukur ku naikkan pada Pemberi berkat sejati, yah,  bisa melalui cara-cara tak terduga. Bisa tiba-tiba. Dan itulah berkat dari Yang Kuasa, Sang Pemelihara Kehidupan.

....


(Mencoba sedikit membayangkan jadi penjual bunga yang sepi order mendadak rame pesanan bunga, bahagianya seperti apa ya? Masih belum bisa sepenuhnya memahami karena belum pernah jualan bunga aslinya saya.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun