Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.750 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 26-02-2024 dengan 2.142 highlight, 17 headline, dan 105.962 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Keseruan Menulis di Kompasiana Berawal dari Kegemaran Membaca Buku

12 April 2019   05:27 Diperbarui: 23 April 2019   20:22 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca buku adalah kegemaran saya sejak kecil. Meski bukan berasal dari keluarga berada, namun dengan cara-cara Tuhan yang luar biasa, saya sudah mendapat bacaan-bacaan menarik sejak masa kecil saya. Kedua orang tua saya memang sangat suka membaca. Bapak saya, Beliau sudah almarhum, selalu menyukai bacaan aktual terutama dari surat kabar. 

Bapak juga suka membaca kisah-kisah biografi dan kisah sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ibu saya suka membaca kisah-kisah fiksi. Berbagai jenis karangan fiksi berbagai genre pun menjadi kegemaran Ibu di masa mudajya. Hampir setiap malam, Ibu membacakan satu buku cerita tebal, mengenai berbagai kisah menarik untuk kami anak-anaknya.

Bapak dan Ibu saya memang tidak terlalu banyak memanjakan kami dengan buku-buku karena secara keuangan masa itu tidak memungkinkan. Buku-buku mahal. Tapi Tuhan memberi kami seorang tetangga yang anaknya seusia dengan saya. 

Dia menjadi sahabat saya sejak bayi. Orang tuanya pun menyayangi saya. Tentangga saya ini punya perpustalaan pribadi. Sahabat saya sering meminjamkan pada saya koleksi bukunya yang bagus-bagus. Aneka majalah anak pun menjadi lahapan saya sejak kecil. 

Dua buku koleksi pribadi saya. Photo by Ari.
Dua buku koleksi pribadi saya. Photo by Ari.
Setelah saya kerja sendiri, mengahsilkan cukup uang, saya menjadi kolektor buku. Buku-buku bagus yang pernah saya baca dan pinjam dari teman, saya mulai mencari judul-judulnya di toko buku. Total koleski buku saya sudah di atas 200 judul. Satu buku termahal yang saya punya, dan sempat menjadi polemik dalam keluarga adalah ensiklopedi Visual. Waktu itu harganya sekitar Rp. 750.000. 

Ibu saya sampai geleng-geleng kepala waktu datang mengunjungi saya di Surabaya. Ibu bertanya, "Mana buku yang harganya 750 ribu itu. Ibu ingin lihat."

Dengan gaji seorang guru pemula seperti saya waktu itu, harga buku tersebut cukup memukau. Tapi itupun buku sudah mendapat diskon dan bisa dibayar dengan cicilan sebanyak 5x. Bukan hanya saya yang beli buku itu. Beberapa rekan guru juga membelinya. Sebegitu hausnya kami akan Ilmu. 

Koleksi buku saya terus bertambah. Minggu lalu saja saya baru membeli 5 buku baru karena harganya diskon besar-besaran. Tepatnya majalah dengan English text untuk bacaan saya. Saya juga melihat promo menarik ini secara tidak sengaja. Semoga kapan-kapan saya bisa tulis artikel dari koleksi National Geographic ya.

Koleksi majalah terbaru saya. Photo by Ari
Koleksi majalah terbaru saya. Photo by Ari
Baiklah itu sekelumit kisah saya bersama buku-buku dan majalah yang saya koleksi. Bacaan buku yang banyak menjadi pilihan aktivitas saya di kala sunyi menyepi. Sehingga sunyi itu menjadi ruang saya berpetualang di antara kisah-kisah maupun ilmu dari koleksi buku yang saya baca. 

Membaca buku membuat saya mendapatkan banyak informasi. Saya pun mendapatkan ide-ide yang bisa saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Sejak masa SMP saya, saya sudah mengjmpulkan buku harian/diary book. Saya juga menulis di buku-buku tersebit. Sampai sekarang masih tersimpan di rumah. Saya suka menulis puisi. Koleksi puisi saya cukup banyak. Namun saya menjadikannya koleksi pribadi saja dan menikmatinya sendiri. 

Akhirnya, saya mulai memberanikan diri menuliskan karya saya untuk dinikmati umum. Saya mulai menulis di blog. Memang ada pembaca, namun saya tidak terlalu tahu respon pembaca atas tulisan-tulisan saya. Ada beberapa blog yang saya buat. Isi tulisannya sesuai kebutuhan, ulai tentang tulisan saya, bunga-bunga koleksi saya, bahkan pernah juga menjalankan blog untuk jualan kain dan pernak-pernik aksesoris dari Bali dan Jogjakarta, secara online. Iya online shop. Ini beberapa tahun lalu, waktu saya sempat off dari pekerjaan menjadi guru di skeolah formal. Ada sekitar 4 tahun saya mencoba menjalankan "online bussiness". 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Selama menulis di blog, saya tidak terlalu banyak menikmati hasilnya. Saya tidak tahu respon pembaca. Lalu salah seorang teman saya, kakak kelas di kampus, yang juga sudah jadi kompasianer beberapa tahun, mengajak saya untuk mencoba menulis di Kompasiana. Awalnya saya tidak terlalu tertarik. Saya tidak terlalu yakin, mau menulis apa. 

Lalu saya juga disarankan menulis saja apa yang saya paling suka yaitu puisi. Dan saya pun mulai bergabung di Kompasiana dengan menuliskan puisi-puisi saya. Berikut puisi pertama saya yang tayang di Kompasiana dan merupakan satu karya favorit saya. Ketika Alam Marah. 

Dokumen Pribadi.
Dokumen Pribadi.
Saya awalnya tidak tahu. Di Kompasiana ada kategori Pilihan Editor, Artikel Utama, Nilai Tertinggi maupun Terpopuler. Saya posting saja tulisan saya. Sampai suatu ketika, ada tulisan saya yang saya lihat "views" nya berbeda dari tulisan saya lainnya, cukup banyak. Sebagai pemula, saya tanyakan ke teman saya. Baru saya tahu ada kategori pilihan Editor.

Setelah tahu hal itu, saya jadi mulai "mengejar"nya. Senang rasanya kalau mendapati ada label pilihan editor di samping tulisan saya. Mungkin dianggap lebay ya bagi sebagian orang. Tapi jujur saya menikmatinya. Rasa senang jika tulisan menjadi pilihan. Saya berharap jiga ada tulisan-tulisan saya yang bisa jadi artikel utama. Pasti senag rasanya. Pikir saya. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Salah satu puisi saya yang menjadi pilihan editor ada pada gambar di atas. 100 tulisan pertama yang saya postingkan di Kompasiana adalah bentuk puisi. Sampai ada karya saya berjudul puisi ke 100. Lalu karena kesibukan di akhir tahun, saya berhenti menulis sebentar. Di awal tahun baru 2019, Januari lalu, saya pun menulis puisi pertama saya di Kompasiana. 

Setelah menulis puisi, saya memcoba membuat narasi sederhana, sangat singkat. Tidak ada satupun yang jafi pilihan editor. Saya sempat berputus asa. Saya pikir saya tidak cukup baik menulis narasi sederhana. Taoi teman saya memberi motivasi untuk terus mencoba. Saya pun mulai menulis lagi kisah-kisah sederhana. Mulai dari kegiatan saya mengajar di sekolah sehari-hari sampai kisah-kisah traveling saya. 

Lalu di bulan Februari, ada kejutan menarik dari Kompasiana. Satu tulisan saya terpilih jadi artikel utama.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya kaget dan juga senang. Oh begini ya rasanya pertama kali artikel terpilih jadi headline atau artikel utama. Wah, mungkin ini juga dianggap berlebihan ya sama para kompasianer yang sudah berulang kali tulisannya jadi Headline. Tapi tidak apa, saya mejikmatinya.

Berawal dari kunjungan saya ke rumah kakak saya di Klampok, kunjungan singkat, saya bisa menulis satu artikel tentang kebun bunga di sana. Mungkin karena bulan Februari bertemakan kasih sayang, artkel saya terpilih jadi salah satu artikel headline. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Lihat, sampai saya dokumentasikan pencapaian saya pertama ini. Pun selanjutnya saya mendapat artikel lainnya juga jadi artikel utama. Saya senang berkebun sejak kecil karena teladan Bapak saya. Dan di Kompasiana, saya bisa berbagi kisah-kisah saya berkebun. Mulai dari berkebun sayur, maupun tanaman bunga. Saya tidak.menyangka, itupun bisa jadi artikel utama di sini.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saya juga mengikuti page Kompasiana di facebook. Waktu tulisan saya jadi headline, saya lihat dibagikan juga di facebook resmi Kompasiana. Begitulah kisah saya bersama Kompasiana. Foto-foto yang saya kumpulkan pun bisa menjadi ilustrasi-ilustrasi untuk tulisan saya. 

Bahkan kebiasaan saya jalan pagi sambil mengabadikan keindahan di tepi jalan, bunga-bunga bermekaran, bisa menjadi cerita di Kompasiana. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saya memang sudah sejak awal hanya mau menulis hal-hal bertemakan sederhana dan ringan. Tidak mau tema yang berat-berat. Karena saya menulis di Kompasiana untuk refreshing pikiran saya setelah bekerja penat seharian. Jadi jangan heran kalau Kompasianer tidak menemukan tulisan-tulisan berat di akun saya.

Menulis di Kompasiana membuat saya bersemangat juga karena adanya apresiasi dari sesama Kompasianer. Vote-vote yang diberikan cukup menghibur. Bahkan kalau sampai masuk artikel terpopuler karena dibaca banyak orang, itu membuat senang juga. 

Ada satu pengalaman saya mengikuti blog competition beberapa waktu lalu mengenai resensi film di bulan Februari. Saya menulis tentang film Princess Cut. Meski saya tidak memenangkan competition, melalui tulisan ini saya mendapat pencapaian baru. Itu artikel pertama saya dan mungkin satu-satunya untuk saat ini yang mencapai view di atas 1000 juga vote terbanyak diantara artikel saya lainnya. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dan tulisan ini membawa saya menimati pertama kalinya masuk kategori terpopuler. Bukan hanya itu, saya dapat banyak feedback positive dari beberapa teman. Mereka juga bagikan di akun medsos mereka. Karwna tema yang saya angkat mungkin cukup banyak yang mengalami, jadi mereka merasa diberkati. Ini salah satu hal positif dari kesukaan menulis, bahwa tulisan saya menjadi berkat bagi orang lain. Senangnya. 

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Hal terakhir yang ingin saya bagikan di sini adalah mengenai pengalaman terakhir saya. Ada suatu kondisi yang membuat hati saya merasa sangat tidak nyaman. Ada kata-kata baik yang tidak bisa saya terima dengan baik. Kata-kata yang membuat hati saya sempat terluka. Namun dalam kondisi itulah tercipta dua karya puisi baru. Bahkan keduanya memberi pencapaian baru buat saya. Puisi pertama yang saya hasilkan dari pengalaman tidak nyaman itu, membuat saya mencapai urutan tulisan nilai tertinggi untuk pertama kalinya.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Puisi "Kau Tak Bisa Menghentikanku" tercipta karena perasaan buruk penuh emosi dalam batin saya yang bergejolak. Tidak menyangka juga bakal masuk kategori itu. Padahal puisi tersebut tidak masuk pilihan editor.

Puisi ke dua saya yang juga tercipta dalam kondisi hati yang sama tak baiknya, justru mengantar saya pada pencapaian pertama puisi saya terpilih jadi headline di Kompasiana. Senangnya hati saya. Sudah komplit.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Waktu saya lihat di facebook page Kompasiana, ada yang mengomentari puisi saya ini dengan gambar berkaitan dengan pilpres, saya kaget juga dan cukup heran. Karena puisi di atas murni merupakan cetusan hati saya berkaitan dengan hal pribadi yang menimpa saya. Tidak ada sangkut pautnya dengan pilpres. Saya memang menghindari menulis tema-tema tertentu. 

Baiklah, itu sekelumit kisah saya menulis di Kompasiana. Saya berterimakasih pada rekan-rekan Kompasianer sekalian yang dengan setia mengunjungi akun saya. Bagi para silent reader, saya juga berterimakasih. Semoga tulisan-tulisan saya bermanfaat untuk siapapun Anda yang membacanya. 

Bagi kompasianer yang sudah berkenan memberi vote dan komentar positif, apa yang Anda-Anda lakukan sudah membuat saya lwbih bersemangat lagi menulis di Kompasiana. Bahwa tulisan saya bukan hanya dibaca, namun berguna, setidaknya bagi Anda yang memberi vote dan komentar.

Untuk Kompasiana, terimakasih sudah memberi saya ruang untuk menulis berbagai hal dalam kehidupan saya. Dan bukan hanya itu, berkat Kompasiana, saya punya banyak kenalan baru yang suka membaca dan menulis. Bahkan dari para penulis senior, penyuka puisi, penyuka cerpen dan lain-lain. Hidup jadi lebih berwarna cerah, ceria dan meriah. 

Salam hangat bagi semua.

...

Written by Ari Budiyanti

12  April 2019

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun