Mohon tunggu...
Ariana Maharani
Ariana Maharani Mohon Tunggu... Dokter - MD

Pediatric resident and postgraduate student of clinical medical science at Universitas Gadjah Mada, Instagram: @arianamaharani

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Gotong Royong Kesehatan Mental

8 Februari 2023   08:28 Diperbarui: 10 Februari 2023   04:44 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan mental sering kali menjadi salah satu dari sekian aspek yang sering kali terlupakan. Banyak anggapan kesehatan mental tak sepenting kesehatan fisik. Mereka dengan kondisi gangguan kesehatan mental sering kali mendapat cap buruk. Entah dianggap mengada-ada untuk mencari perhatian, dianggap hanya berlebihan, hingga dianggap tak cukup dekat dengan Sang Pencipta karena ia jauh menyimpang dari apa yang dianggap normal. 

Ibu Eny adalah salah satu sosok dengan masalah kesehatan mental yang syukurnya tidak terlupakan. Sudah kurang lebih satu bulan semenjak cerita Ibu Eny dengan gangguan psikotik yang dialaminya, yang mana telah terbetik hingga ke seluruh negeri, memberikan potret betapa gotong royong dan segala rasa kepedulian di dalamnya, menjadi kekuatan untuk kondisi kesehatan mental yang biasa dianggap tabu.

Kisah seorang ibu yang mengalami gangguan kejiwaan selama sebelas tahun di dalam rumah mewah namun tanpa listrik maupun air dan ditemani oleh seorang anak yang pendidikannya harus terkorbankan selama proses pengasuhan ibunya, adalah kisah dari Ibu Eny dan anaknya yang bernama Tiko, yang berhasil mengetuk hati. Beban pikiran dan tuntutan kehidupan yang disinyalir timbul pasca perceraian, membuat Ibu Eny mengalami gangguan kesehatan jiwa, di mana pikiran, perilaku dan perasaannya kerap tidak menentu.

Membicarakan isu kesehatan mental, stigma adalah salah satu tantangan terbesar di dalam dunia kesehatan mental. Menurut Kementerian Kesehatan (2012), stigma adalah suatu tindakan yang memberikan label sosial yang bertujuan mencemari seseorang maupun sekelompok orang dengan pandangan buruk. Stigma adalah proses devaluasi dinamis yang dengan signifikan mendiskreditkan seseorang. 

ODGJ atau orang dengan gangguan jiwa kerap distigma sebagai orang lemah, kurang ibadah, berlebihan, cengeng, dan lain sebagainya. Stigma yang melekat di dalam proses seseorang orang dengan gangguan jiwa yang mencoba untuk pulih, membuat sering kali menjadi terhambat dan jatuh ke dalam lingkaran setan yang memaksa mereka dengan gangguan depresi menjadi bertambah depresi, gangguan kecemasan menjadi bertambah cemas, dan seterusnya. 

Tak hanya stigma, masih banyak jalan terjal lain yang dilalui dalam pengkondisian kesehatan mental di Indonesia. Rendahnya pengetahuan kesehatan mental di Indonesia yang berujung pada stigma dan penanganan yang salah, nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih menganggap kesehatan mental adalah hal yang tabu, perlakuan kasar, penghinaan, hingga perundungan yang mana ketiganya adalah bentuk diskriminasi terhadap mereka dengan gangguan kesehatan mental, serta rendahnya akses menuju pelayanan kesehatan mental akibat tidak meratanya fasilitas kesehatan mental baik secara kuantitas maupun kualitas adalah sekian tantangan yang dihadapi Indonesia terkait isu kesehatan mental. 

Mengingat betapa beragamnya tantangan pengkondisian kesehatan mental di Indonesia, tentu saja peran kolaboratif seluruh pihak menjadi kunci esensial yang tidak boleh tidak diambil dan tidak dilaksanakan. Pemerintah hingga masyarakat dari berbagai kalangan harus mampu mengambil peran masing-masing untuk memastikan no one left behind dalam isu kesehatan mental ini. 

Pemerintah menyediakan akses menuju fasilitas kesehatan mental, menyemarakkan edukasi terkait melawan stigma dan diskriminasi dalam kesehatan mental, dan memastikan setiap orang memiliki pengetahuan yang cukup dan merata terkait kesehatan mental. 

Namun, tak hanya berhenti pada pemerintah, masyarakat harus turut bahu membahu untuk memasifkan pengetahuan terkait kesehatan mental kepada sesama, memastikan diri sendiri dan lingkungan sekitar sadar penuh mengenai apa saja tantangan di dalam dunia kesehatan mental selama ini, dan mempraktikkan apa yang telah dipahami dan disadari agar tidak ada lagi anggapan bahwa mereka dengan masalah kondisi kesehatan mental hanyalah orang-orang yang lemah.

Gotong royong yang ditunjukkan di dalam kisah Ibu Eny dan Tiko adalah sebuah pengalaman positif yang harus selalu diingat oleh siapapun di negeri ini, dimana menyatukan berbagai bentuk kepedulian adalah satu kekuatan penting nan berharga dalam penyelesaian tantangan-tantangan kesehatan mental. 

Mereka yang mengangkat isu kesehatan mental Ibu Eny ke permukaan sehingga berbagai pihak berdatangan, mereka yang mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait agar Ibu Eny mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan mental dengan nyaman, hingga mereka yang membersihkan rumah mewah Ibu Eny untuk memberikan lingkungan tempat tinggal yang nyaman dan membantu percepatan pemulihan, adalah mereka-mereka yang berhasil mengubah jalan terjal menjadi jalan gangsar, alias jalan tanpa hambatan.

Selamat bergotong royong dalam kesehatan mental! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun