Mohon tunggu...
Ari Wijayanto
Ari Wijayanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membacalah Anda akan mengenal dunia lebih dekat. Menulislah, Anda akan dikenal dekat oleh duni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Satiman, Sosok Ayah Penjual Rujak Buah

6 Desember 2022   18:33 Diperbarui: 6 Desember 2022   18:58 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip Dokumen Penulis

Karanganyar - Di tengah keramaian acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah 2022, tepat di pinggir jalan raya, tampak seorang penjual rujak buah yang sedang menyiapkan dan membungkus dagangannya untuk para pengunjung acara yang hendak membeli rujak buahnya.

Memakai baju hijau dan topi, tak luput dengan masker yang Ia kenakan guna menjaga kesehatan di tengah keramaian acara. Ia berjualan dengan penuh semangat dan keramahannya saat melayani pembeli, dari senyuman yang hangat dan keramahan itulah menjadi daya tarik untuk para pengunjung acara untuk membeli rujak buahnya.

Sosok itu ialah Satiman seorang penjual rujak buah berusia 55 tahun yang berasal dari Sukoharjo. Selain menjadi penjual rujak buah, Satiman juga termasuk sosok ayah yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Ia sangat gigih dan bersemangat berjualan rujak buah di tengah panasnya terik matahari. Terpaan panas matahari tidak menjadi penghalang Satiman untuk terus berjualan walau hanya berlindung dengan topi. Ia terus membungkus rujak buah ditengah ramainya pengunjung yang datang di Muktamar ke-48 Muhammadiyah.

Satiman telah berjualan sejak tahun 1983 hingga saat ini, berangkat dari Sukoharjo di pagi hari menuju Surakarta Satiman lakukan setiap harinya sejak dulu sampai sekarang. Dari dulu Ia telah menjual rujak buahnya di Surakarta dari tempat asalnya Sukoharjo. Banyak sekali rintangan yang Satiman lalui hingga dapat bertahan sampai saat ini. Melalui acara Muktamar ke-48 Muhammadiyah 2022 ini menjadi jembatan rezeki bagi Satiman dan peluang yang besar untuk mendapatkan penghasilan lebih dari pengunjung yang datang di acara tersebut.

Sejak dulu Satiman memang sosok orang yang giat bekerja Ia tidak pernah malu dan selalu bersyukur dengan apa yang telah Ia miliki. "Berjualan itu tidak perlu malu yang penting halal dan selalu bersyukur, saya juga selalu setia tidak pernah berjualan apapun selain menjual rujak buah. Karena menurut saya, apa yang kita lakukan dengan tekun dan giat akan mendapat hasil yang baik, selalu bersyukur juga atas apa yang telah diberi dan selalu yakin bahwa usaha tidak akan pernah menghianati hasil," ujar Satiman.

Lelah mungkin seringkali Satiman rasakan, namun baginya rasa lelah itu berubah menjadi senyum bahagia ketika Satiman melihat keluarga dan anak-anaknya tumbuh dewasa. Bagi Ia keluarga adalah yang terpenting, Satiman merupakan sosok ayah yang sangat hebat bagi keluarganya, mempunyai tiga anak dan istri tentu sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai tulang keluarga sekaligus sosok kepala keluarga.

Masa ke masa telah Satiman lewati sejak menjadi penjual rujak buah di tahun 1983, masa sulit yang mulai dirasakan ialah saat Ia telah memiliki anak. Satiman menjelaskan bahwa masa tersulit baginya adalah saat anaknya sudah memasuki masa sekolah, dan Ia harus membiayai anak-anaknya dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Meskipun Ia hanya berprofesi sebagai penjual rujak buah tetapi sebagai sosok ayah, Satiman selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Satiman selalu berusaha membanting tulang untuk kebutuhan keluarga dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. "Saat menginjak akan masuk di bangku kuliah, waktu itu saya sedang tidak punya uang. Lalu saya berkata kepada anak saya untuk istirahat satu tahun dan mulai kuliah untuk tahun depan saja, namun anak saya malah menangis dan ingin cepat kuliah agar bisa lulus dengan cepat juga. Karena saya tidak tega melihat anak saya menangis, lalu saya menghutang bank sebesar Rp 6.000.000,00 untuk biaya kuliah anak saya. Jika itu yang terbaik buat anak saya, akan selalu saya usahakan!," kata Satiman.

Selain itu masa sulit Satiman juga terasa saat pandemi melanda, karena disaat itu diterapkannya lockdown yang memaksa Satiman tidak bisa menjual rujak buah seperti biasanya. Banyak rintangan yang telah dialami oleh Satiman tetapi tak pernah sekalipun luntur semangat yang Ia miliki hingga saat ini. Satiman juga menambahkan bahwa sebanyak apapun duka yang Ia alami Satiman selalu mensyukuri apa yang telah Tuhan beri kepadanya, karena Ia yakin bahwa apa yang terjadi itu sudah yang terbaik.

Satiman merupakan sosok ayah hebat yang berhasil setelah apa yang selalu Ia lakukan demj keluarga dan anak-anaknya, sekarang dua anaknya telah berkeluarga dan menyisakan satu yang masih menjadi tanggung jawab Satiman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun