Mohon tunggu...
Ari Wibisono
Ari Wibisono Mohon Tunggu... Guru - Penulis lepas

Muda berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guru Anak Penjual Nasi

30 Mei 2020   19:26 Diperbarui: 30 Mei 2020   19:18 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara ayam berkokok sahut sahutan merdu di tengah hening malam. Cuaca masih sangat dingin membuat kami tetap bertahan dalam selimut dan kepala di atas bantal. Mataku terbuka namun masih sangat malas bangun untuk melangkah ke kamar mandi. Padahal percikan air telah mengenai wajahku dari tangan lembut yang telah mengasuh kami berdelapan dengan kesabaran di tengah keras dan paitnya kehidupan.

Ibuku selalu terjaga sekitar pukul 02.00 di setiap harinya untuk bangun sholat malam lalu membangunkan anak anaknya untuk sholat kemudian membantu memasak dan membuat makanan untuk di jual di pagi hari untuk sarapan. Kami kadang bermalas malasan untuk bangun dan membantu beliau namun beliau selalu dengan sabar membangunkan kami de gan cara yang khas yaitu menyiramkan air ke wajah kami namun kadang kami anak anaknya yang bandel ini tetap malas terbangun. Begitulah hari hari kami setiap tengah malam sekitar pukuk 02.00.

Saat aku sedang duduk untuk menanak nasi aku tak sadarkan diri kulihat semua sudah gelap tanpa suara tiba tiba wajah ku tersiram air

" Kalau mau besok jadi orang yang sukses itu jangan ngantuk saat kerja "  Terdengar suara ibu menegurku

Aku hanya tertawa ringan sambil menyaut "  aku ngantuk banget bue "

" dasar bocah ko ya ngantuk mulu di sekolah ya paling juga suka tidur "

Mba ku ikut menyaut dan menimpali

" Kalau ga niat bantu ibu ga usah bantu tidur aja sana pagi ga usah sarapan "

Sahut mas ku yang paling tua dengan nada marah

" Ya ikhlas ko bantu ga usah sewot dong " aku membalas omelanya

"Sudah sudah biarin aja sana le cuci muka lagi biar ga ngantuk "  Ibu ku akhirnya menengahi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun