Mohon tunggu...
ARI ISWAHYUDI
ARI ISWAHYUDI Mohon Tunggu... Guru - INFULANCER PSIKOLOGI, TEACHER OF SPECIAL NEED STUDENT, AND PARENTING

PSIKOLOGI, EDUCATION,RELIGION,CHILD, LIFE, PARENTING, TRAVELER

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Anak dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder (ASD) dan Cara Terapinya

13 Oktober 2021   22:51 Diperbarui: 15 Oktober 2021   23:33 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang anak mengalami autism spectrum disorder | Sumber: Ju Photographer via parapuan.co

Untuk itu, orang tua perlu mencari sekolah yang memiliki program yang sesuai dengan kemampuan dan potensi anak. Dan biasanya sekolah akan membuat individuaized education program (IEP) yaitu program kusus untuk anak berkebutuhan khusus.

Anak dengan gangguan ASD tidak bisa mengekspresikan dan merasakan emosi. Anggapan ini salah karena anak dengan gangguan ASD bisa merasakan emosi dan mengenal emosi ketika mereka dibimbing dan mendapatkan treatmen yang tepat tentang cara mengungkapkan dan mengidentiikasi emosi sesuai dengan aturan yang ada.

Anak dengan gangguan ASD tidak bisa mandiri. Ini anggapan yang salah karena anak dengan gangguan ASD dapat dilatih mendiri contohnya cara memakai baju, toilet trening, makan sendiri, dll. Tentunya dengan kesabaran dan latihan secara konsisten.

Beberapa terapi yang biasanya disarankan oleh psikolog anak terhadap anak yang mengalami gangguan ASD seperti :

Terapi okupasi sensori integrasi. Biasanya anak yang mengalami ASD mengalami kendala pada sensori integrasi mereka. Contohnya risih saat dipeluk, tidak suka ketika tangannya memegang benda yang basah atau tidak suka dengan suara keras. 

Untuk itu terapi ini membantu untuk menghadapi kendala dalam proses sensori dan motorik pada anak dengan gangguan ASD. 

Aktivitas yang dilakukan pada terapi ini biasanya anak diajak bermaian ayunan, melompat di trampolin, bermain pasir, merangkak pada tunnel, melempar bola dalam keranjang dan lain-lain yang disesuaikan dengan sensori mana yang perlu ditingkatkan pada anak tersebut. 

Ketika anak merasa nyaman dengan sesnsorinya maka mereka akan bisa belajar atau menerima informasi dengan lebih baik, serta akan membantu kemampuan regulasi diri anak.

Terapi wicara. Membantu menghadapi kesulitan dalam produksi suara, ritme bicara, volume bicara, dan gangguan wicara lainnya. 

Pada terapi wicara biasnya anak juga akan diajarkan kemampuan berbicara ekspresif yaitu mengutarakan keinginannya dan diajarkan pula kemampuan bicara reseptif yaitu cara menjawab pertanyaan dan mengunakan kalimat sesuai dengan konteksnya. 

Pada anak yang belum mampu berkomunikasi verbal, maka dengan terapi ini anak akan dilatih untuk menggunakan gestur, PECS (Picture excahamge comunication system), yaitu kartu gambar yang digunakan untuk berkomunikasi, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun