Mohon tunggu...
Ari Wahyuningsih
Ari Wahyuningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Jawa SMA Negeri Karangpandan

Hobi : Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Program Borobudur Student Festival Meningkatkan Apresiasi Pembelajaran Berbasis Proyek di SMA Negeri Karangpandan

28 Agustus 2022   09:00 Diperbarui: 28 Agustus 2022   09:07 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LAB TUMBUH SMA NEGERI KARANGPANDAN

DALAM EVENT BOROBUDUR STUDENT FESTIVAL

MAMPU MENINGKATKAN APRESIASI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Borobudur Student Festival (BSF) 2022 berbasis proyek sudah berlangsung setahun, pada tahun 2021 lewat program Presisi. Program ini melibatkan guru, siswa 101 sekolah dari 10 provinsi di Indonesia dengan subjek utama siswa. Selama setahun mereka bersama-sama menghidupi proses belajar yang melibatkan cipta, karsa, dan rasa seturut paradigma pendidikan Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara.

Festival Apresiasi Pembelajaran Berbasis Proyek Praktik ini menunjukkan bagaimana Program Presisi digerakkan di lapangan dan kemudian diukur pelaksanaannya. Diukur tidak dalam parameter kuantitatif, melainkan kualitatif, yakni bagaimana setiap mereka yang berproses merefleksikan apa yang sudah mereka temukan dan kerjakan dari setiap pengalaman belajarnya.  Terdapat 1.685 ide karya selama Program Presisi, berasal dari 101 sekolah di 10 provinsi di Indonesia.

Dari 27 Juni sampai 2 Juli 2022 karya-karya tersebut difestivalkan di BSF dalam beberapa sesi: ekologi, humaniora, sosial budaya, sandang, pangan, dan papan lokal. Beberapa acara BSF 2022 meliputi :  Peluncuran dan Bedah Buku “Perubahan Itu Nyata: Praktik Baik Pendidikan Kontekstual”. Buku ini tersusun dari 45 naskah tulisan 23 guru dan 22 siswa dari berbagai sekolah di seluruh Indonesia,  Sharing Session: Merayakan Gagasan Siswa, Talkshow: Semua Orang Itu Guru, Semiloka Pendidikan yang Memerdekakan, sebagai Praktik Kebudayaan. Selain itu  acara BSF 2022 yakni Simposium Pendidikan Indonesia: Kontekstualisasi Pandangan Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan di Era Digital dan  Pameran Karya Siswa: arsip art project, showcase siswa, art collaborator

Melalui program Borobudur Student Festival tersebut, SMA Negeri karangpandan berkreativitas melalui Lab Tumbuh SMA Negeri Karangpandan. Pandemi yang melanda bangsa kita membuat semua kehidupan berubah, dengan keterbatasanya membuat masyarakat dipaksa untuk melihat secara detail permasalahan yang ada dihadapi, bukan hanya interaksi sosial saja tetapi juga dalam hal ketahanan diri menghadapi pandemi. Fenomena tersebut menyebabkan masyarakat banyak menjaga diri dari kebersihan supaya tidak terjangkit penyakit. Pemakaian Hand sanitizer merupakan salah satu usaha menjaga diri dari serangan penyakit, Untuk menyikapi hal tersebut, penggunaan bahan alternatife perlu dikaji lebih jauh.

Keanekaragaman tanaman yang ada di Indonesia sangat tinggi, termasuk didalamnya adalah tanaman obat. Disisi lain masih banyak sekali spesies tanaman obat di sekitar masyarakat yang diabaikan. Faktor utamanya ialah masyarakat belum mengetahui kandungan gizi yang terkandung dalam tanaman tersebut sehingga masih ragu untuk mengkonsumsinya. Sebagai contoh tanaman Lidah Buaya (Aloe vera) dan tanaman Rhoeo discolor  yang lebih dikenal dengan daun adam hawa. Di halaman SMAN Negeri Karangpandan dan masyarakat sekitar yang ada di Kabupaten Karanganyar, tanaman tersebut hanya digunakan sebagai tanaman hias saja, jarang sekali digunakan dalam pengobatan tradisional.

Di tengah-tengah jeda semester genap tahun 2022, pengajar dan anak mengingat tumbuhan lokal dengan nama “Lidah Buaya”. Dalam perjalannya dari berbagai eksperimen di laboratorium dan dari pengetahuan turun temurun serta didukung dari beberapa referensi, akhirnya ditemukan berbagai manfaat dari tanaman lokal tersebut. Salah satunya adalah sebagai bahan campuran membuat Hand sanitizer. Dari sinilah terciptalah produk yang mampu menahan ketergantungan mereka terhadap melonjaknya hand sanitizer pabrik, selain itu produk ini ramah bagi tubuh dan biaya. Dalam pembuatan produk ini sekolah memanfaatkan laboratorium untuk mengolah, menciptakan berbagai macam varian.

“Lidah Buaya” sebagai Hand sanitiser juga dibuat produk yang lain dari tanaman. Seperti kita ketahui gejala awal dari corona adalah batuk-batuk. Untuk mengobati berbagi penyakit batuk, dapat menggunakan bahan alami. Dari sinilah terinspirasi membuat sirup obat batuk dari bahan herbal sebagai alternatife untuk menyembuhkan batuk, yaitu dengan menggunakan daun adam hawa (Rhoeo discolor). Daun ini memiliki warna yang berbeda antara daun bagian atas dan bawahnya sehingga tertarik hanya untuk tanaman hias. Belum banyak yang menggunakan daun adam hawa sebagai obat herbal terutama obat batuk. Maka dari sini buat produk “Sirup Obat Batuk Jadam Aromatica”

Tanaman tersebut banyak dijumpai di halaman dan Green House SMA Negeri Karangpandan. Tanaman tersebut juga membutuhkan nutrisi untuk keberlangsungan hidupnya, maka anak-anak mengembangkan produk lain yang dapat memberi nutrisi bagi tanaman tersebut sehingga tetap lestari, yaitu “Pupuk Cair” dari serabut kelapa bahan sekitar kantin sekolah.  Dengan memanfaatkan pupuk cair, maka tanaman lidah buaya dan adam hawa tampak subur, sehingga untuk membuat Hand sanitiser dan Sirup Obat Batuk Jadam Aromatica tetap berlangsung sepanjang masa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun