Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mudik Horor (Bab 6)

27 Juli 2021   17:11 Diperbarui: 27 Juli 2021   17:28 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Astaghfirullaah..! Hampir serempak aku dan istri terkesiap. Kemudian nyaris berbarengan pula kami menoleh ke belakang dengan jantung berdebar dan bulu kuduk merinding. Teringat suara misterius anak tengah kami tadi yang terdengar jelas, namun ketika dilihat, ternyata dia sedang tertidur pulas.

Namun, kali ini kami lega. Memang si sulung yang barusan bersuara. Dia terbangun dan mengucek-ngucek mata.

"Ih, kenapa Ayah dan Bunda kaget begitu? Sudah sampai dimana kita, nih?" ujar si sulung seraya melihat jam tangannya.

"Loh, udah dini hari, kenapa kita masih di jalan, Yah? Bukannya tadi waktu berhenti Magrib, Ayah bilang, diperkirakan jam sembilan atau sepuluh kita sudah masuk hotel di Muara Enim? Ini kenapa masih di jalan? Di mana, nih?"

Aku tidak menjawab. Sementara, istri juga masih saja tidak bersuara.

Kemudian putriku itu mengedarkan pandangannya sekeliling.

"Yah, ada masalah kah?" Dia rupanya mulai sadar ada yang tidak beres.

Akhirnya, aku putuskan untuk bercerita.

"Iya, nak. Sepertinya kita tersesat. Dan dari tadi, selama kamu tertidur, banyak kejadian aneh. Tapi Alhamdulillah sampai sekarang kita masih baik-baik saja. Hanya saja, sekarang kita kehilangan orientasi. Tidak jelas kita sekarang berada di mana dan kemana arah yang harus kita tuju. Sementara, google map rasanya tidak mungkin kita jadikan panduan lagi."

Seperti bundanya tadi, si sulung juga langsung terdiam setelah mendengar penjelasanku. Namun dia tampak berpikir.

Seiring dengan itu, dari arah depan terlihat kabut putih mulai turun. Awalnya tipis. Tapi lama kelamaan semakin tebal. Jarak pandang ke depan mulai semakin pendek. Istri kesulitan menyetir karena makin lama jalanan semakin tidak terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun