Mohon tunggu...
Arfi Zon
Arfi Zon Mohon Tunggu... Penulis - PNS dan Penulis

Seorang Pegawai Negeri Sipil yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mudik Horor (Bab 6)

27 Juli 2021   17:11 Diperbarui: 27 Juli 2021   17:28 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(Bab 6: Terjebak Di Alam Ghaib)

Baca Bab 5 di sini

"Agak ngebut, Bun," ujarku masih dengan gestur gelisah dan nafas yang tidak beraturan.

Istri tampak tegang. Namun dia ikuti perintahku. Dia injak gas lebih dalam.

"Duh, Yah, ada apa sih? Kenapa Ayah sampai pucat ketakutan begitu?"

Sambil mengatur nafas kujawab.

"Tadi itu sepertinya bukan tukang sate, Bun, tapi ... ah, entahlah. Saat ayah sudah dekat tadi, tercium bau asap satenya beraroma wangi kembang kuburan. Kemudian tiba-tiba pula asap itu berubah jadi agak kekuningan dan berbau sangat busuk. Jauh lebih busuk daripada bau bangkai. Makanya tadi, tanpa pikir panjang lagi ayah langsung lari ke mobil."

Mendengar penjelasan itu, istri langsung terdiam. Aku yakin, kali ini dia ketakutan.

"Bun, Bunda tenang ya, jangan panik. Ayah harus sampaikan ini ke Bunda. Supaya Bunda juga tahu situasi kita saat ini dan tidak hanya jadi beban pikiran ayah sendiri. Tapi, sekali lagi, jangan panik, ya. Tetap menyetir dengan tenang."

Istri tetap diam. Dia terus menyetir dan pandangannya tetap lurus ke depan. Aku berusaha memastikan kondisi jiwanya dengan memperhatikan gelagatnya agak lama. Menakar apakah dia masih cukup tenang untuk bisa terus menyetir dengan aman. Namun, aku belum bisa menyimpulkan.

Karena agak ragu dengan kondisi mental istri, aku berpikir sebaiknya kembali gantian aku yang nyetir. Namun, untuk itu tentu mobil harus berhenti dulu, dan kami harus keluar untuk bertukar posisi duduk. Nah, untuk berhenti dan keluar dari mobil ini yang aku khawatirkan. Aku tidak berani. Kejadian saat berhenti dekat tukang sate mistis tadi masih menghantuiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun