"Yah, Kakak perlu HP buat belajar online," ujar Rahmi, putri sulungku.
"Adek juga, Yah," timpal si bungsu Indri.
"Iya, Nak... kalian sabar ya ... Ayah usahakan segera," tanggapku seraya membelai kepala mereka bergantian.
"Yang benar, ya, Yah ... kami bisa ketinggalan pelajaran kalau HP nya nggak segera ada," ujar Rahmi lagi.
"Iya, Nak ... Ayah janji," jawabku sambil memaksakan seulas senyum.
*****
"Duit dari mana buat beli HP sekaligus dua emangnya, Bang?" tanya Lastri--istriku--lirih, sambil menyuguhkan segelas kopi panas encer.
"Entahlah, Lastri. Aku juga belum bisa pastikan. Aku hanya tidak mau mematahkan semangat belajar anak-anak. Tugas mereka memang belajar. Kewajiban kita selaku orang tua untuk memfasilitasi segala kebutuhan mereka."
"Iya ... tapi jangan sampai memberi harapan palsu juga, Bang. Kasihan mereka nanti kalau ternyata HP yang Abang janjikan tak benar-benar ada."
Aku terdiam. Istriku benar. Anak-anak tentu akan sangat kecewa jika janji yang kuucapkan tadi tak sanggup kupenuhi.
"Ya... kau bantulah dengan doa. Mudah-mudahan novelku yang akan datang bisa laku lebih banyak. Royaltinya kita belikan HP."