Tapi kemudian suasana kembali gelap.
Aku tunggu kilat kembali menyambar supaya bisa melihat dan memastikan bahwa benar ada dua sosok di pohon itu.
Namun, ketika beberapa saat kemudian ada cahaya kilat yang menerangi, tak terlihat lagi ada apa-apa di sana. Dua sosok itu tak tampak lagi.
Segera aku tutup lagi kaca itu. Lalu aku tuntun Arumi ke kamarnya.
"Udah, Arumi tidur ya, Sayang. Udah malam." Ujarku sambil mengusap-usap kepalanya.
Setelah sekitar 10 menit aku menemaninya di kamar itu, Arumipun tertidur.
Aku kembali ke luar. Aku ambil senter besar yang biasa digunakan suami kalau dapat giliran ronda.
Aku sibakkan lagi kaca jendela belakang. Aku sorotkan cahaya senter yang cukup terang itu ke arah pohon sirsak. Meskipun takut, aku penasaran. Ingin memastikan, benarkah tadi itu ada dua sosok di sana?
Sekitar pohon terang oleh cahaya senter. Aku cermati, tapi tidak terlihat ada apa-apa di sana.
Bersamaan dengan itu, hujanpun reda.
Aku tak terbiasa tidur cepat. Jam di dinding baru menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh.