Begitu pintu belakang kubuka, terlihat Arumi masih berdiri menghadap ke pohon sirsak itu sambil menggendong boneka Teddy Bear kesayangannya. Aku heran, ternyata Arumi sendirian. Lantas, suaranya yang aku dengar tadi itu, sedang bercakap-cakap dengan siapa?
"Arumi!" Panggilku.
Arumi tidak merespon. Seperti tidak mendengar suaraku. Dia masih saja berdiri menghadap pohon itu, dan malah kembali terlihat seolah sedang bercengkrama dengan seseorang.
"Arumii!!" Kembali aku panggil bocah itu dengan suara lebih lantang.
Arumi menoleh.
"Ayo, Nak. Masuk rumah. Udah mau Magrib!"
"Ya, Ma. Sebentar," jawab Arumi.
Mulutnya kembali terlihat komat kamit seperti sedang berbicara, lalu diiringi tawa. Kemudian dia melambaikan tangan ke arah pohon besar itu, lantas segera berlari ke arahku.
"Arumi, Mama lihat Arumi kayak ngobrol dengan seseorang tadi, ngobrol dengan siapa memangnya?" Tanyaku dengan perasaan was-was.
"Itu loh, Ma, sama tante dan adik kecil." Jawab Arumi polos sambil terus berjalan memasuki rumah.
Aku terkesiap dan sontak menoleh kembali ke arah pohon itu. Tiba-tiba aku merinding.