Mohon tunggu...
Asron Da Finsie
Asron Da Finsie Mohon Tunggu... Local Civil Government -

Mengisi waktu luang dengan menulis sepulang kerja aplikasi penglihatan mata, hati dan telinga terhadap lingkungan sekitar untuk perubahan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cinta Pancasila atau Suatu Bentuk Kekhawatiran Tertentu?

5 Juni 2017   01:00 Diperbarui: 5 Juni 2017   01:13 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun  ini ramai-ramai beberapa akun menyatakan cinta Pancasila, apakah memang sebegitu  mengkhawatirkan akan hilangnya Pancasila dari sanubari anak bangsa  Indonesia sehingga harus dinyatakan melalui kata-kata, apakah ini bentuk  kekhawatiran akan munculnya faham lain selain Pancasila, saya kira hal ini  berlebihan karena jika di simak, Sila 1-5 dari Pancasila selalu melekat  dalam kehidupan anak bangsa sehari-hari, Ketuhanan Yang Maha Esa,  mengharuskan kita harus ber-Tuhan satu, bukan ber-Tuhan yg banyak, Allah  SWT adalah Tuhan Umat Muslim. Sekedar renungan untuk kita tidak terlalu  berlebihan.. mohon maaf jika pendapat ini salah.

Sebuah cukilan diatas yang dipublikasikan melalui akun fb saya pada kolom “Apa yang anda fikirkan sekarang?”, ternyata ada juga yang berbagi opini melalui diskusi kecil-kecilan pada akun fb tersebut.

Ada yang bilang “seperti pasar kaget, kagetnya rame-rame..”, trus.. ada yang menampilkan Pancasila dengan versi Islam, dan ada lagi yang menyebutkan “kalau difikir-fikir ada benarnya juga timeline rame-rame seperti itu, karena selama ini kemana timeline itu..? 

Saya pun kembali melemparkan opini seperti ini,  sepertinya  orang-orang baru kaget tersadar bahwa Pancasila terancam tergusur oleh faham  lain.. apalagi kalau yang mau gusurnya sejenis faham PKI, yang jelas-jelas  ber-Tuhan lebih dari satu, atau ada lagi faham lainnya dan ada yang membalasnya seperti ini :  Anwar  Abbas, Ketua Muhammadiyah : Negara ini berdasarkan Pancasila, tapi kita  dipaksa tidak Pancasilais, belajar ekonomi, ekonomi kapitalis;  hukum,  hukum belanda; politik, politik liberal; Sosiologi kita atheis komunis,  agama sekuler, budaya hedonis. Saya jawab :   Nah  itu akibat beberapa puluh tahun lalu kita masih terbelakang dalam pemikiran dan  sekarang apa pemikiran itu akan kita rombak, semisal Agama kita jangan lagi  sekuler, ini mungkin faham baru tadi (Agama yang tidak sekuler) : Urusan di  Dunia akan mencerminkan bagaimana Urusan Kita nanti di Akherat, itu kan  yg benar.. Trus ada yang memberikan comment : realita  politik bang,, semua adalah politik yang di mainkan menurut kegentingan  situasi pada saat dikeluarkannya pernyataan yang seperti itu.  Bisa jadi  semacam pengalihan isu,, 

Kemudian, ada yang berpendapat lain seperti ini : Maaf  kanda, tidak salah pendapat kanda itu,  tapi sepertinya generasi sekarang sudah  mulai  kurang memahami  serta kurang pengamalannya terhadap nilai-nilai Pancasila selain yang kanda sebutkan tadi,  sebagai contoh yang mudah saja, pada  bulan Romadhon ini dimana marak orang  membunyikan petasan, kalau menurut saya mereka tersebut sudah tidak  mengamalkan sila kedua dan sila ketiga, padahal antara sila kesatu  sampai sila kelima saling berkaitan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau  saya perhatikan ada kemungkinan sistim pendidikan sekarang sudah disusupi   pihak-pihak yang tidak menginginkan pancasila ada di Indonesia, buktinya  kalau dulu kita baru masuk sekolah mesti ada penataran P4 , kalau  sekarang tidak ada lagi.

Menarik, dari diskusi ringan via fb tersebut, saya merekam bahwa memang ada rasa kekhawatiran walau pun mungkin sedikit mengenai akan hilangnya Pancasila dari Bumi Pertiwi Indonesia ini. Jika hilangnya Pancasila dikarenakan masuknya faham Komunis, jelas ini sangat berbahaya bagi kelangsungan NKRI, Namun jika masuknya faham lain semisal faham Khilafah (Pemerintahan Kekhalifahan), maka batin saya sendiri berperang.. Berperang karena jika menurut Islam, Pemerintahan Ke-Khalifahan sangat bagus dan menjadi contoh dalam Sejarah Islam masa lalu, tapi ketika lebih masuk lagi ke sanubari saya, apakah sanggup dan mampu tubuh ini mengemban amanah berada di Bumi yang menjunjung sistem Ke-khalifahan. Mungkin karena tubuh ini lahir dan dibesarkan di Tanah Pertiwi yang begitu Ke-Indonesiaan, jawaban itu menjadi perang besar yang melebihi perang melawan hawa nafsu kita sendiri. 

Pendapat ini sangat mungkin salah, karena ini hanyalah celotehan anak bangsa yang belum begitu faham akan sistem Ke-Khalifahan, walaupun dalam hati sebenarnya selalu menyebutkan bahwa Urusan Dunia mu adalah urusan yang akan mencerminkan bagaimanan urusan akherat mu kelak. Artinya Faham Sekuler yang membedakan urusan dunia adalah urusan dunia dan urusan akherat adalah bagaimanan nanti di akherat saja yang tidak ada hubungannya dengan urusan dunia mu sekarang, dengan kata lain Minyak adalah Minyak dan Air adalah Air, terpisah.. akan selalu ditentang oleh Batin ini bahwa itu SALAH.. 

Dan karena kekhawatiran akan masuknya faham inilah maka beberapa Pejabat Pemerintahan kita saat ini. disinyalir telah mengkriminalisasi beberapa Ulama, dengan berupaya secara tersembunyi untuk mencari kelemahan ulama agar mereka terjerat dengan kriminalisasi. Tapi ini pendapat pribadi saya yang jelas tidak mewakili umat manapun, ini hanyalah bentuk kegalauan hati saja melihat fenomena belakangan ini yang bagaikan Buah Simalakama. Mau keras berlandaskan ajaran Islam tapi ini Bumi Pertiwi Indonesia berazaskan Pancasila. Mau lembut tapi berbagai kemaksiatan sepertinya semakin menjamur, ketika wacana pendidikan “full day school” akan diterapkan maka terlihat akan semakin berkurangnya pendidikan keagamaan Islam akan diterapkan ke generasi penerus kita, karena ketika kecil dulu, ketika pagi kita ke sekolah dan ketika sore kita mengaji di Masjid maupun guru-guru ngaji yang lain.. fenomena ini akan hilang jika dipaksa sekolah sampai sore hari karena tidak sempat lagi mengaji, dan jika ini hilang pastilah Islam ikut hilang di Bumi Pertiwi ini. 

Memang bagaikan Buah Simalakama. Tinggal lagi sekarang kita berfikir, bagi Pemimpin-Pemimpin yang beragama Islam bahwa mereka harus faham dan mahfum benar bahwa Urusan Dunia akan mencerminkan bagaimana urusan akherat mu nanti. Jadi semua kebijakan ataupun program yang akan diterapkan kepada Bangsa ini janganlah lupa dengan kata-kata itu, tidak bisa dipisahkan urusan dunia adalah urusan dunia plus dus kepada ulama juga jangan lupa dengan kata-kata itu, maaf ini bukan menggurui karena ilmu saya tentulah tidak sebanding untuk ini. Tulisan ini bukan untuk bertujuan mendiskreditkan Pemimpin-Pemimpin maupun Ulama-Ulama kita. Ini sekedar pemikiran dari salah seorang anak bangsa yang kebingungan sendiri menyikapi kondisi Bumi Pertiwi sekarang ini. Jika ada pendapat atau opini lain silahkan saja di tuliskan. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun