Mohon tunggu...
Thomas Satriya
Thomas Satriya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang mengetik ...

Mari belajar bersama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Oleh-oleh

17 Juni 2019   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2019   12:01 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari burung-burung malam yang hitam aku mendengar cerita:
tentang benih ancaman dan ketakutan yang disisakan oleh penghujung abad yang lalu,
tentang sisa kepedihan dan kesesakan yang tajamnya melebihi kepulan belerang di kawah Ijen,
tentang gurih manis dan pahit kehidupan yang ditawarkan udang-udang galah dan kepiting bakau di teluk Pang-Pang

Dari burung-burung laut yang putih terang aku memetik kabar:
tentang degub kencang hidup yang layak  dirayakan di arung perahu Petik Laut perairan Muncar,
juga tentang anggun dan berwibawa bulu merak dan kokok ayam hutan Alas Purwo yang mengiring tarian Gandrung di Sembulungan

Dari Mutiara Timur aku mendengar nyanyian sendu Sritanjung:
tentang nada tempaan roda besi menggilas batang baja yang membujur kaku dari Surabaya hingga Rogojampi,
tentang ketukan roda kereta dan patahan rel yang menempo sunyi,
juga tentang kebun coklat dan kopi yang ingin mencipta simfoni hari ini

Dengan mata hati aku hanyalah rumput:
yang kagum kepada pelangi,
yang belajar mengeja aksara agung Gunung Raung bersama kekhidmatan tulus daun mahoni

Dengan mata nurani
aku ingin memuja semesta,
juga Engkau
Sang Pencipta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun