Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kamis Kliwon Malam Jumat Legi

8 Maret 2013   22:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:06 9110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_231532" align="aligncenter" width="357" caption="Olahraga di bawah pohon beringin."][/caption]

Kamis Kliwon, 7 Februari 2013

Jam masih menunjukkan 8.30 sekalipun agak mendung tapi hawa terasa panas dan gerah. Setelah sedikit peregangan dan pemanasan, anak-anak kubiarkan bermain basket, futsal, dan sepakbola sesuai dengan minat mereka. Toh, anak-anak juga ingin santai setelah ulangan matematika pada jam ke dua dan ke tiga tadi. Aku hanya duduk di bawah pohon beringin yang menaungi lapangan olahraga. Kulihat batang yang mati mulai kering dan kami kawatirkan sewaktu-waktu patah dan menimpa murid-murid kami yang sedang bermain atau olahraga. Sebenarnya kemarin, akan kami tebang. Namun ada beberapa guru yang keberatan sebelum ‘minta ijin kepada penghuninya dan mengadakan sesaji’ Aku mengiyakan menghormati keyakinan mereka.

[caption id="attachment_231533" align="aligncenter" width="483" caption="Sesajen di antara topeng peninggalan."]

13627558433693466
13627558433693466
[/caption]

Malam Jumat Legi,ingat leluhur.

Saat sedang memperhatikan pohon beringin, sebuah pesan singkat (sms) dari putriku di Jogja masuk. Isinya: Skrg mlm Jumat Legi. Ingt leluhur. Agak mengherankan juga, selama ini apalagi sejak kuliah di sana dia tak pernah ada perhatian tentang hal ini, kok malah mengingatkanku. Kujawab singkat: Y.

Tak lama berselang sms dari Si Marni masuk: Bsa ntar turis k padepokan jam 2 nanti. Tentu saja tak kutolak dan kujawab: Okey. Apalagi sejak Oktober kemarin aku sudah tak pernah lagi mengantar wisatawan ke Bromo dan Semeru. Bahkan sekedar berkunjung ke padepokan. Sehingga pendapatan turun.....

Jam 3 sore, kami sudah di padepokan dan mempersiapkan diri untuk menerima wisatawan dari Inggris. Di galeri, Mas Soleh sudah membakar kemenyan dan menaruh sesaji di antara topeng-topeng peninggalan moyang kami. Di sudut galeri, aku bersimpuh berdoa mengucap syukur kepada Tuhan bukan kepada ( arwah ) leluhur atas rejeki yang datang tak terduga.

Jam 3.30 – 4.30, Tari Remo sebagai sambutan kepada tamu dan Kelana Topeng dilanjutkan Kelana Sabrang kami tampilkan. Kemudian Si Marni mengajak tamu mbesa dengan iringan Prau Layar dan Caping Gunung.

[caption id="attachment_231534" align="aligncenter" width="488" caption="Tari sambutan."]

13627559081421727480
13627559081421727480
[/caption] [caption id="attachment_231535" align="aligncenter" width="483" caption="Tari Kelana Topeng."]
1362755972183111791
1362755972183111791
[/caption]

Jam 5 sore, kami meninggalkan padepokan dan menanjak ke Bromo. Ketika melintas di depan pemakaman di utara padepokan, kami lihat banyak peziarah mengirim bunga dan doa untuk mengenang para leluhur. Kami dan terutama aku, sekalipun sering kelayapan ke tempat keramat, makam kuno, dan punden serta membakar kemeyan dan menyediakan sesajen namun boleh dikatakan belum tentu setahun sekali ke makam. Berdoa bagi leluhur cukup di rumah.

[caption id="attachment_231536" align="aligncenter" width="490" caption="Seorang wisatawan Inggris sedang "]

1362756027357565965
1362756027357565965
[/caption]

Jumat Legi hari keramat?

Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah Swt, semuanya adalah baik. Termasuk waktu. Namun sebagai manusia berbudaya dan beragama kita tak pernah lepas dari simbol-simbol untuk aktualisasi. Kita mengenal waktu tertentu yang tak boleh diabaikan untuk menjalankan hukum agama, kecuali ada halangan yang tak mungkin dilewati.

Sebagai orang atau suku Jawa, Jumat Legi* merupakan hari yang dikhususkan secara umum untuk mengenang dan mendoakan para leluhur yang telah mendahului kita. Sebagai hari yang dikeramatkan, tentunya ada hal-hal yang sebaiknya tak dilakukan. Bukan berarti dilarang atau jika dilanggar akan mendapat kutukan atau musibah. Bersenang-senang atau hanya memikirkan hal-hal duniawi di saat kita sebaiknya ingat akan mereka yang mungkin masih di alam penderitaan bukanlah hal yang tepat. Namun mengisi kehidupan dengan berkarya bukanlah hal yang harus dihindari. Maka sekalipun malam Jumat Legi, kami tak menolak jika ada wisatawan datang. Menari dan bernyanyi bersama. Bukakah ini rejeki? Karunia Tuhan yang tak boleh ditolak........

* Hari untuk nyekar ke makam setiap daerah berbeda-beda.

Jumat Legi, 25 Bakda Mulud 1946

[caption id="attachment_231537" align="aligncenter" width="497" caption="Mi Marni mengajak temannya (biarawati) untuk "]

1362756097270007503
1362756097270007503
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun