Ada 4 klaster dan satu pedukuhan yang sering saya kunjungi dan tinggali saat di Yogyakarta. Yakni Perumnas Guwosari, Perumahan Harmoni, Perumahan Imogiri Barat, Dukuhan Kembang Putih, dan komplek sekitar Lapangan Bibis. Semuanya di Bantul.
Berdasarkan pengamatan saya jika ikut pertemuan warga di tempat tersebut, para pemilik dan penghuninya 90% merupakan keluarga muda kaum milenial dengan usia paling tua 40 th. Memang ada satu dua keluarga dengan kepala keluarga 50 tahun.
Mereka kebanyakan para eksekutif muda dengan aneka profesi, seperti dosen, guru, pengawas sebuah kontraktor, tenaga kesehatan, seniman perupa, sales manager, dan karyawan BUMN.
Ada yang bekerja di sekitar Yogyakarta dan ada pula yang berkarya di Solo. Tak sedikit pula yang bekerja di luar pulau bahkan di manca negara. Jadi, di rumah hanya salah satu , yaitu ratu keluarga bersama anak dan orangtua mereka.
Hampir separuh dari keluarga muda ini mempunyai mobil dan lainnya paling tidak dua motor masa kini.
Rumah tipe 80/100 dengan 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga dan ruang tamu, dapur, dan kamar mandi, serta adanya carport menunjukkan mereka termasuk kelas menengah yang cukup mapan.
Pada satu kesempatan, saya berkali-kali berbincang dengan para tukang yang mengerjakan rumah-rumah di klaster tersebut tentang perekonomian mereka.
Selain sebagai tukang, mereka kebanyakan petani dan buruh tani jika tidak ada proyek perumahan yang harus digarap. Dengan honor antara 100 - 115 ribu rupiah per hari sebenarnya mereka belum masuk kelas menengah. Atau mungkin masuk kelas menengah bawah.
Kenyataan rerata mereka mempunyai rumah sederhana di desa sekitar DIY, Purworejo, dan Semarang. Usia mereka sekitar 40-45 tahun sekali pun wajahnya tampak lebih tua karena beban pekerjaan yang berat yang lebih banyak menggunakan otot di bawah sinar matahari.