Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masih Kuingat

10 Juni 2022   21:33 Diperbarui: 10 Juni 2022   22:12 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini kembali kutelusuri gang kecil di mana kita bertemu tanpa sengaja. Aku pun membidikmu dengan kamera.
Jepret...! Tergambarlah seorang bidadari desa yang lugu putri seorang petani sayur langgananku.
Sejak saat itu senyummu menjadi penghias komputerku. Dan juga benakku.
Aku pun mulai merindukan bertemu denganmu. Entah kapan...

Malam-malam yang panjang karena gerimis di penghujung musim hujan hanya bisa kulantunku tembang Teringat Selalu dari Tetty Kadi.

Langkahku terasa berat kala semakin dekat rumahmu.
Adakah dirimu di balik pintu merindukan bertemu dengan diriku?
Ah, ini hanyalah anganku belaka.
Ataukah dirimu yang membukakan pintu ketika aku mau menemui bapamu untuk membayar sayur dan kentang yang belum kubayar.

Gerimis mulai reda ketika kutiba di depan rumahmu yang redup.
Empat kali kuketuk pintu rumahmu dan yang membuka bukan dirimu yang kuharapkan. Tetapi seorang wanita tua yang menjawab dengan tanpa senyum:
"Bapak dan Marni sedang ke ngare mau nagih hutang uang kentang."

Waduhhhh...

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Catatan:

Ngare : adalah sebutan wilayah yang berada jauh di bawah kaki gunung. Sebutan ini biasanya hanya ada pada masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun