Setelah Kresna mendapat bayi perempuan yang dilahirkan Banowati, lalu bayi itu diberikan pada Arjuna.
"Sekarang menjadi tanggungjawabmu mau kau apakan bayi cantik ini...," kata Sri Kresna sedikit jengkel.
"Akan kutitipkan pada Dinda Sembadra saja...," jawab Arjuna enteng.
"Enak saja! Teganya kamu pada adikku..."
Mendengar jawaban demikian dari Sri Kresna, kakak iparnya Arjuna menjadi kebingungan.
Dan semakin bingung ketika si bayi menangis butuh asi.
Arjuna pun memutar otak siapa yang bisa menjadi ibu asuh anak Banowati.
Entah setan manah yang membisiki Arjuna, tetiba saja ingat akan Manohara istrinya kelima yang sedang hamil tua.
Sontak, Arjuna membawa bayi itu ke padepokan Tirta Kawana tempat tinggalÂ
Manohara yang ditinggal sendirian.
Ternyata, Manohara telah melahirkan seorang putri. Melihat kedatangan Arjuna tentu saja Manohara merasa bahagia sekali. Namun sungguh di luar dugaan, Arjuna datang sambil membawa bayi Banowati.
"Dik, aku merasa bahagia engkau melahirkan seorang putri cantik bagiku. Pada saat ini juga wanita pujaanku yang lain juga melahirkan putri bagiku...." Kata Arjuna tanpa merasa bersalah.
Manohara yang dididik Begawan Sidik agar selalu bersikap lemah lembut hanya diam saja.
"Bayi Banowati sekarang kubawa dan akan kutitipkan padamu. Anggap saja sebagai putri kembarmu..."
Manohara tetap tak bisa banyak berkata. Diam dalam kebisuan hati yang bergolak antara sedih dan bahagia.
Bulan madu hanya dirasakan sekejap mata. Dan kini harus jadi single parent dari sepasang bayi kembar jadian.
Sesal kemudian tak berguna. Si ganteng Arjuna tak lebih dari singa jantan yang gagah dengan rumbai rambutnya dan aumannya yang menggelegar yang tak bisa mengurus anaknya.
Dalam kegalauan sebagai seorang ibu yang baru saja melahirkan, Manohara akhirnya memberi kedua putri kembar palsu dengan nama Pergiwa dan Pergiwati.
