Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas, Malang

24 Agustus 2021   16:45 Diperbarui: 24 Agustus 2021   17:14 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Ngadas, merupakan desa yang berada paling ujung timur Malang merupakan satu-satunya desa masyarakat Suku Tengger yang masih secara sempurna melaksanakan ritual adat istiadat tradisional dibandingkan dengan masyarakat Suku Tengger lainnya yang cenderung seremonial.

Perubahan drastis sosial ekonomi semenjak lima belas tahun terakhir dengan dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata dan pembangunan infrastruktur terutama jalan yang dulu makadam dan cor blok selebar 2.5 m dan kini menjadi jalan aspal halus selebar 6m lengkap dengan rambu-rambu dan mulai minggu lalu dibuat marka jalan, serta meningkatnya hasil pertanian tidak serta merta menghilangkan tradisi.

Rumah kayu tersisa. (dokumen pribadi)
Rumah kayu tersisa. (dokumen pribadi)

Sesaji bersanding dengan dua PC i7 dan printer. (dokumen pribadi)
Sesaji bersanding dengan dua PC i7 dan printer. (dokumen pribadi)

Dapur masa kini, kitchen set, dan modem wifi 30 mbps dan ritual Rohan saat Upacara Karo di keluarga . (dokumen pribadi)
Dapur masa kini, kitchen set, dan modem wifi 30 mbps dan ritual Rohan saat Upacara Karo di keluarga . (dokumen pribadi)

Bila pada awal 2000, saya masih satu-satunya yang mendokumentasikan segala kegiatan dengan kamera analog. Maka kini pemuda yang memiliki kamera DSLR atau mirorless dan drone sudah cukup banyak. Demikian juga yang memiliki smartphone mutakhir, mobil SUV 2.000 cc, laptop, dan PC yang dilengkapi dengan wifi dengan kecepatan 20-30 mbps.

Perubahan memang tak mungkin bisa dicegah, namun ada yang cukup menyedihkan sekarang sudah tidak ada lagi rumah tradisional berdinding kayu cemara atau pinus. Justru yang paling banyak dan hampir 80% rumah-rumah di Desa Ngadas merupakan rumah bertingkat tiga dengan gaya masa kini.

Pawon atau tungku api kini menjadi hiasan di ruang keluarga. (dokumen pribadi)
Pawon atau tungku api kini menjadi hiasan di ruang keluarga. (dokumen pribadi)

Pawon atau tungku api dan salah satu keluarga tradisional. (dokumen pribadi)
Pawon atau tungku api dan salah satu keluarga tradisional. (dokumen pribadi)

Bagaimana perkembangan selanjutnya akibat pembangunan infrastruktur secara luar biasa untuk semakin meningkatkan perekonomian? Mulai awal bulan Agustus 2021 sudah disiapkan pembangunan kereta gantung dengan mengorbankan beberapa hektar hutan. Akankah ritual-ritual sakral tinggal kenangan dan hanya menjadi sebuah acara seremonial belaka?   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun