Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tegakah Menawar Saat Belanja di Pasar Tradisional?

16 Juli 2021   22:01 Diperbarui: 17 Juli 2021   17:30 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matahari belum berada di atas kepala ketika saya mengunjungi sebuah pasar tradisional yang kini mulai ditinggalkan konsumennya. Sepi. Beberapa lapak masih buka namun penjualnya sudah ada yang mulai tertidur di balik meja dagangannya. 

Sedang yang lain ada berbincang dengan sesama pedagang dan ada pula yang duduk termenung sambil menunggu pembeli. Satu dua orang memang ada yang melintas dengan membawa satu tas kresek kecil. 

Ada yang baru saja belanja sayur, atau hanya lauk. Ada pula yang membawa buah-buahan lokal untuk bahan berjualan rujak manis.

Suasana seperti ini bukan hanya di pasar-pasar tradisional kota besar tetapi juga di kota kecil. Bukan pula pada masa pandemic seperti ini tetapi sudah berlangsung sejak sekitar lima belas tahun lalu. 

Banyak faktor yang mempengaruhi konsumen enggan lagi pergi ke pasar tradisional  di antaranya banyaknya penjual sayur keliling ke kampung-kampung maupun perumahan, munculnya mini market yang menjual harga pokok, pasar tradisional kurang bersih, dan ibu-ibu masa kini lebih ingin praktis dengan membeli masakan siap saji. Apalagi sekarang ada masakan siap antar.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Penulis ingat akan sebuah ramalan pujangga Jawa yang terkenal Raden Ngabehi Ronggowarsito yang mengatakan 'pasar ilang kumandange' artinya pasar akan hilang suara hiruk pikuknya. Ramainya pasar pada masa kini hanya pada jam 06.30-08.00  Setelah itu akan sepi bak kuburan.

Tapi mengapa mereka masih bisa bertahan?

Kebanyakan para pedagang merupakan usaha turun-temurun dari orangtuanya sedang untuk mencari pekerjaan sangat sulit, kalau toh memang ada gajinya lebih banyak di bawah UMR dan harus mematuhi aturan ini itu. 

Sebuah pemikiran yang sederhana. Sebagai pedagang mereka bebas sekali pun hasilnya tak seberapa. Bagi pedagang sayur dan buah sehari bisa mendapat keuntungan empat puluh ribu sudah luar biasa. 

Bahkan kadang kembali modal saja atau malah rugi karena sayur yang tidak laku akan layu dan dibuang. Sedang bagi mereka yang berjualan kue basah atau cemilan malah lebih sedikit lagi. Apalagi yang berjualan pakaian, peralatan dapur, dan kebutuhan pokok dan bumbu masak.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Menurut cerita para pedagang ramainya pasar tradisional hanya pada akhir pekan, hari Sabtu dan Minggu atau libur. Besok akhir pekan, waktunya belanja untuk memenuhi kebutuhan pokok selama satu minggu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun