Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senyum Manis Petani Muda Wanita

14 Juli 2021   06:09 Diperbarui: 14 Juli 2021   06:11 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayahnya membantu membungkus sabit biar aman. Dokumen pribadi

Melihat petani membawa sprayer untuk menyemprotkan insektisida, pestisida, atau herbisida adalah hal yang biasa di perdesaan. Tetapi jika yang membawa petani muda wanita tentu sedikit unik. Sebab petani wanita lebih banyak bertugas menyiangi, memetik, dan mengikat sayur. Apalagi petani wanita muda. Tentu lebih banyak bekerja di dapur untuk menyiapkan makanan untuk mereka yang sedang bekerja di sawah.

Siang tadi, saya cukup kaget melihat wanita muda meninggalkan sawahnya dengan menggendong sprayer.
"Tumben....," seruku sambil memotonya.
"Biar belajar jadi petani." Ibunya menjawab dengan tersenyum.
Ayahnya pun menimpali,"Daripada menganggur di rumah lebih baik membantu suaminya."

Tetap tersenyum walau berat. Dokumen pribadi.
Tetap tersenyum walau berat. Dokumen pribadi.
Ayahnya membantu membungkus sabit biar aman. Dokumen pribadi
Ayahnya membantu membungkus sabit biar aman. Dokumen pribadi

Pada masa kini, kaum muda memang sudah jarang yang berkecimpung di dunia pertanian tradisional. Apalagi yang telah mengenyam pendidikan. Bekerja di mini market atau di plaza lebih menarik. Syukur jika bisa menjadi pegawai negeri.
Namun bekerja di mini market, pertokoan, atau pabrik dengan gaji standar UMR tentu akan habis untuk batas minimal kebutuhan belum lagi transportasi. Beralih profesi adalah pilihan. Seperti yang dilakukan oleh Hartati, sebut saja demikian, wanita muda di Desa Banjarejo Malang. Pilihan yang berbeda dari kebanyakan kaum muda, menjadi petani.

Langit biru yang cerah tanpa awan membuat cuaca sedikit gerah sekali pun angin berhembus lembut. Jam baru menunjukkan angka sepuluh ketika ayahnya menjemput mengajak pulang.
Hijaunya dua petak kangkung menyegarkan mata semakin membuat gembira ayah dan ibunya Hartati yang merasa senang dan bangga putrinya mau menjadi petani.

Siap pulang. Dokumen pribadi.
Siap pulang. Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun