Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengupas Buah

6 Juli 2021   08:24 Diperbarui: 6 Juli 2021   08:55 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap daerah mempunyai adat istiadat bahkan budaya yang berbeda. Mulai dari hal yang sepele dan kadang terasa aneh dan unik bagi orang lain. Salah satunya cara mengupas atau menguliti buah yang akan dimakan.
Di daerah kita, secara tradisional mengupas buah dengan pisau, biasanya arah mata pisau yang tajam selalu ke depan.
Bagi orang manca negara, terutama Eropa arah mata pisau selalu ke dalam atau ke arah diri kita sendiri. Alasannya, jika sekali waktu lalai karena terlalu keras maka hanya akan melukai diri sendiri. Bukan orang lain. Tampak sepele, namun pada suatu perjamuan sederhana saya pernah ditegur oleh guru saya yang kebetulan orang Belanda.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Apakah memang budaya atau kebiasaan kita kurang memperhatikan keselamatan?
Tentang mengupas kulit buah selama ini di masyarakat kita terserah bagaimana caranya asal bisa dimakan daging buah atau isinya. Apalagi bagi orang dan anak desa.
Misalnya, saat lapar dan haus lalu petik tomat atau buah ciplukan tanpa dicuci hanya diusap-usapkan di baju atau sekedar dielap lalu santap. Atau memotong tebu dengan boding atau golok, karena tidak membawa pisau lalu batang tebu dipukul-pukulkan di batang pohon kelapa hingga kulit tebunya hancur lalu dikrokoti. Atau mengunyah kacang panjang untuk sedikit lalapan saat makan di pematang sawah. Lebih unik jika makan buah kedondong, akan dibanting ke tanah atau dibenturkan di batu. Setelah sedikit hancur lalu dimakan sambil nyengir-nyengir merasakan kecutnya.
Bagaimana bila makan pepaya? Tak mungkin petani ke sawah tanpa membawa sabit dan semacamnya. Maka sekali pun tak ada pisau, ya dibelah dengan golok atau sabit. Tampak unik sekali, tangan kiri memegang pepaya dan tangan kanan membawa golok dan membelah pepaya. Selanjutnya tangan kanan yang masih membawa golok digunakan pula untuk memasukkan potongan pepaya ke mulut.
Ini sebenarnya juga banyak dilakukan masyarakat kita saat mengupas dan  memakan buah. Hanya saja orang desa saat di kebun atau sawah sering menggunakan golok atau sabit.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun