Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rembulan di Atas Gedung Tua

29 Juni 2021   08:27 Diperbarui: 29 Juni 2021   09:12 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rembulan merah duduk di singgasana di atas sebuah gedung tua. Wajahnya tampak lesu walau masih di sisa purnama yang sempurna.
Awan hitam beriringan pelan berarak membuat cahaya purnama memerah.
Sang Candra tampak kecewa namun tetap menahan amarah melihat mereka yang bersuka ria di atas dusta durhaka.
Angin pun menggandeng dan mengajak sang awan pergi dan membiarkan rembulan menatap dunia.
Sang Candra masih lesu dan wajahnya tampak semakin buram walau malam makin beranjak kelam tanpa bintang yang meramaikan angkasa.
Buat apa memperindah malam jika kegelapan lebih disukai manusia, bisik sang kartika.
Rembulan diam saja.
Jauh di atas sana setitik cahaya putih berlari pelan mengikuti lintang alihan membawa catatan siapa saja yang malam hari ini harus meregang nyawa tanpa terduga diiringi gelak tawa mereka yang penuh dendam amarah. Serta mereka yang menangis sedih sebelum sempat mengajak bersimpuh sekedar menyadari atas dosa.
Rembulan diam seribu bahasa namun cahaya merahnya mengiringi jiwa-jiwa yang berjalan gontai penuh penyesalan.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Sabtu, 26 Juni 2021

Sasi Kasada, 16 Pon

Padang Ilalang Gunung Watangan

Catatan: 

Lintang alihan: bintang jatuh dalam budaya Jawa bisa berarti sebuah keberuntungan namun juga berarti sebuah petaka akan menimpa.




Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun