Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rembulan Merah

28 Juni 2021   21:42 Diperbarui: 28 Juni 2021   21:52 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lama rembulan bertengger di atas perbukitan di timur Semeru ketika awan mulai berarak pelan menyelimuti malam yang mulai sepi.
Sekelebat burung malam menyapa lalu entah pergi dan hinggap kemana lalu bernyanyi serak di ujung hutan seakan mengajakku ke sana.
Kulangkahkan kaki yang telah lelah menyusuri riuhnya Surabaya yang penuh pesona keompongan tanpa makna selain dusta. Kini kuberjalan di tepi lembah yang penuh jejak langkah para pembawa sesembahan bagi Sang Maha Kuasa.
Di bawah cemara gunung kuhanya bisa berlutut dalam heningnya malam namun hati menggelora tanpa kata selain sebuah doa tanpa suara.
Relung hati pun bergema kala Sang Dewata bersabda di sinilah semua akan bermakna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun