Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tips Menjadi Pedagang dan Pengepul Sayur

7 Juni 2021   17:43 Diperbarui: 7 Juni 2021   17:43 5045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar istilah pedagang sayur, sering dikonotasikan dengan tukang sayur keliling di perkampungan atau perumahan yang sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Padahal profesi tukang sayur keliling ini cukup menjanjikan untuk mendapat keuntungan selama tekun menjalaninya.

Pada tulisan kali ini penulis memberi tips menjadi pedagang sayur antar kota atau pasar induk yang bisa juga disebut pedagang pengepul. Pedagang pengepul sedikit di bawah tengkulak yang bisa membeli dan menjual dalam jumlah besar, paling tidak tiga atau empat ton sayur atau buah sejenis. Sedang pedagang pengepul hanya membeli untuk dikirim ke pedagang lainnya di luar kota atau pasar induk dengan jumlah tak lebih dari dua ton sayur sejenis. Bahkan malah sering hanya sekitar 50-70 kg sayur sejenis namun yang dijual lebih dari 5-9 jenis. 

Misalnya menjual atau mengirim tomat, sawi, kangkung, labu, mentimun, kentang, kacang panjang, cabai, jagung, buncis, jeruk nipis, lemon, dan terong. Tergantung adanya pasokan atau adanya hasil panen dari petani. Pedagang pengepul bisa juga disebut suplyer kecil-kecilan sebab hanya mensuplai ke sesama pedagang atau ke rumah makan dan komunitas ( seperti asrama, pondok pesantren, atau biara) dengan jumlah tak lebih dari 20-30 kg.  Ini tampaknya sebuah usaha kecil-kecilan, tetapi  untuk menjadi besar bukankah dimulai dari yang kecil?

30 kg tomat untuk Pasar Induk Gadang. Dokpri
30 kg tomat untuk Pasar Induk Gadang. Dokpri
50 kg untuk dua pedagang di Keputran. Dokpri
50 kg untuk dua pedagang di Keputran. Dokpri
Untuk sebuah rumah makan di Wonokromo. Dokpri
Untuk sebuah rumah makan di Wonokromo. Dokpri
Beberapa tips menjadi pedagang pengepul, sesuai dengan pengalaman penulis ini akan memberi petunjuk bagi siapa pun yang ingin sukses di sektor informal yang tahan banting dalam tekanan gejolak perekonomian.
  • Jalin komunikasi dengan pedagang di pasar induk atau komunitas untuk memahami kebutuhan pasar. Pada awalnya penulis memang seorang guru dan karyawan yang nyambi menjadi petani sayur untuk dijual ke pedagang pengepul. Suatu saat harga sayur sangat jatuh, untuk menghindari kerugian penulis menawarkan dengan harga miring ke rekan-rekan guru dan pimpinan asrama serta biara yang disambut dengan baik. Sejak saat itulah mulai memasok asrama dan biara setiap dua hari sekali dengan jumlah tak terlalu banyak namun dengan beberapa jenis seperti cabai, sayur, dan kentang. Berawal dari sini pula pada akhirnya penulis dikenal dan memasok dua asrama dan biara di Surabaya. Kesempatan semakin terbuka ketika penulis sepulang mengirim ke asrama lalu mampir Pasar Keputran Surabaya  dan menawarkan hasil tani ke beberapa pedagang yang ternyata mau membeli. Sejak saat itulah penulis terus berkomunikasi dengan pimpinan arama, biara, dan pedagang di Pasar Keputran untuk menanyakan kebutuhan mereka.

Dokpri
Dokpri
Transaksi sederhana. Dokpri
Transaksi sederhana. Dokpri
Petani masa kini sudah memakai hape. Dokpri
Petani masa kini sudah memakai hape. Dokpri
  • Jalin komunikasi dengan petani. Sebagai seorang petani dengan lahan yang tak terlalu luas dan hanya menanam satu jenis komoditas, maka setiap hari sepulang bekerja penulis harus keliling sawah untuk menemui petani dan mendapat pasokan sesuai dengan permintaan pembeli (asrama dan biara) atau pedagang di Keputran. Beruntung, sejak 2010 hape mulai membumi di kalangan petani sehingga tidak perlu lagi setiap hari keliling sawah. Kecuali sejak pensiun jadi guru, hampir setiap hari gowes mencari komoditas sambil olahraga.
  • Beli dengan harga pasar. Jangan mencoba menawar cukup rendah kala harga naik karena permintaan juga naik, sebab petani masa kini selalu mengikuti perkembangan harga lewat komunikasi media sosial juga. Jika kita menawar dan mereka bertahan maka akan membuang waktu dan semakin rugi jika mereka tidak mau memasok kita.
  • Jual dengan harga kompetitif. Di saat pasokan menipis sedang permintaan naik, harga pembelian dari petani biasanya naik pula. Merupakan hal yang wajar jika kita ikut menaikkan harga, namun sebaiknya tetap kompetitif sebagai pemecahan win-win solution agar pedagang atau pembeli yang kita pasok tetap percaya dan berlangganan dengan kita.  
  • Beri reward pada petani dan pembeli.  Kepercayaan yang diberikan pada petani untuk memasok kita dan pembeli yang tetap percaya pada kita sebagai pemasok hendaknya diberi penghargaan sebagai ucapan terima kasih. Penghargaan bisa berupa memberi imbuh atau potongan harga setiap bulan sekali dan mengunjungi dan memberi mereka hadiah pada saat hari raya.  

Memeriksa komoditas siap panen dan siap dibeli. Dokpri
Memeriksa komoditas siap panen dan siap dibeli. Dokpri
Melihat dan mengamati mutu. Dokpri
Melihat dan mengamati mutu. Dokpri
Periksa dengan teliti. Dokpri
Periksa dengan teliti. Dokpri

Tips menjadi pedagang pengepul atau suplyer kecil-kecilan ini, jika dihitung secara sederhana ternyata juga sangat menguntungkan secara ekonomi. Mari kita hitung: sekali kirim dengan menggunakan kendaraan pick-up bisa mengangkut 2.000 kg atau 2 ton komoditas aneka sayur. Jika rerata keuntungan setiap kg sayur sebesar 1.000 rupiah maka keuntungan kotor bisa mencapai 2.000 x 1.000 = 2.000.000 ( dua juta rupiah ).

Pendapatan murni: Keuntungan kotor -- ongkos sopir -- BBM -- retribusi (TOL & parkir)  = 2.000.000 -- 300.000 -- 150.000 -- 125.000 = 1.425.000 (satu juta empat ratus dua puluh lima ribu). Tentu saja keuntungan ini naik turun sesuai dengan fluktuasi harga setiap komoditas. Tentu semakin bertambah jika mempunyai pelanggan yang banyak sehingga bisa mengirim setiap dua hari sekali.

Pengepul kecil sedang mengirim ke rumah. Dokpri
Pengepul kecil sedang mengirim ke rumah. Dokpri
Pengepul kecil. Dokpri
Pengepul kecil. Dokpri
Ada juga petani yang langsung kirim ke rumah. Dokpri
Ada juga petani yang langsung kirim ke rumah. Dokpri
Mungkin ada yang bertanya, apakah selama ini saya membeli sendiri di tingkat petani? Budaya Jawa mengatakan 'rejeki aja dipangan dhewe' yang artinya 'rejeki jangan diambil atau dimakan sendiri'. Maka kami sering membeli dari pengepul kecil dengan selisih harga per kg tidak sampai tiga ratus rupiah. Jika pasokan menurun, biasanya penulis mencari dan membeli sendiri ke petani namun yang mengirim ke rumah tetap si petani sendiri atau mengutus orang lain ke rumah atau ke tempat tertentu di mana kami menunggu dengan ongkos yang sesuai.

Di sinilah keguyuban mulai dari petani pemilik lahan, petani pengolah lahan, buruh tani, dan pengepul kecil begitu terjalin. Sekali pun ada ahli sosiologi yang mengatakan sistem distribusi dan pemasaran komoditas pertanian di negeri kita sangat panjang dan berliku serta tidak ekonomis.

Guyub rukun agawe santosa. Keguyuban akan membawa kesejahteraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun