Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lamunanku

12 Maret 2021   19:24 Diperbarui: 12 Maret 2021   20:24 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Termenung aku duduk di sini sambil ngrokoti jagung manis bakar yang terasa hambar. Seperti cabai yang seharusnya pedas kini menjadi pahit. Harga melambung tapi gagal panen. Atau lemon yang seharusnya kecut kini menjadi asin. Panen melimpah harga tersungkur. Seribu lima ratus rupiah perkilogram.
Haruskah kuratapi nasib ini?

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Kebun lemon sebelah kebun cabai. Dokumen pribadi.
Kebun lemon sebelah kebun cabai. Dokumen pribadi.
Di langit seekor burung besi meraung seakan mengejekku dan berkata:
"Tak usah kau berangan ke Islandia atau Rusia apalagi ke Sahara. Cukuplah kau kayuh sepeda pergi ke sawah. Di sanalah engkau tetap merasa bahagia bersama keluarga dan rekan kerja."

Terhenyak aku dari lamunan ketika setetes kotoran burung jatuh di pahaku. Kata nenekku itu tanda rejeki akan datang padaku.

Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.
Dokumen pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun