Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penampakan di Malam Jumat Kliwon

10 September 2020   11:21 Diperbarui: 10 September 2020   12:08 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nggrandong sendirian. Dokpri

Sudah dua jam saya duduk di bawah cungkup kuburan lama yang sudah tak terurus lagi di pekuburan desa. Keluarga keturunannya sudah habis karena yang terakhir tak mempunyai anak. Dan kisah tentang siapa yang terkubur dalam makam itu sudah tak banyak lagi yang tak menggubrisnya. Walau selintingan ada yang mengatakan ia adalah seseorang dari sekitar Jogja yang mengembara ke dusun Lemah Dhuwur karena dikejar salah satu kerabat keraton. Entah apa permasalahannya. Boleh jadi ia seorang pembangkang atau bahkan penyamun. Kami pun tak peduli. Biarlah dia hidup bahagia di alam sana.

Kedatanganku kali hanya ingin tahu siapa saja yang pernah 'nggrandong' yakni melekan (tidak tidur) di sebuah makam hingga tengah malam sekedar untuk mendapat tanda-tanda mistis untuk sebuah nomer SDSB bahkan mendapat ilmu mistik.

Bulan purnama yang tertutup awan sudah sedikit condong ke barat artinya sudah sekitar jam 1 malam. Sedikit rasa kantuk kutahan dengan bantuan nyamuk-nyamuk nakal yang terus mengiang di dekat telinga dan menggigit pipi dan dahi sehingga kantuk tertahan oleh polah mereka. Kala ingin selonjor karena lutut kesemutan setelah sekian lama bersila, kulihat sebuah sepeda motor berhenti di ujung makam lalu yang dibonceng turun dan berjalan menuju tengah kuburan. Melihat pakaian dan langkahnya kupastikan ia adalah seorang perempuan. Anehnya, ketika perempuan ini hampir di tengah kuburan, sepeda motor ini segera pergi dan meninggalkan perempuan tadi berjalan menuju sebuah makam.

Di sebuah kuburan yang jaraknya hanya selemparan batu dari tempatku, perempuan ini bersujud dan menundukkan kepala. Wah, ini yang mau nggrandong, pikirku. Sikap jailku pun muncul untuk menggoda perempuan ini. Kuambil sebuah kerikil agak besar lalu kulemparkan ke dekatnya. Terkejut ada sesuatu yang jatuh di dekatnya, perempuan itu langsung menempelkan dahinya ke gundukan tanah kuburan dan dalam sekejap seluruh tubuhnya masuk ke dalam kuburan tersebut.

Tersentak melihat kejadian itu, saya langsung berdiri mendekati kuburan itu. Betapa kagetnya, ternyata itu kuburan Sunarsih yang belum 100 hari dimakamkan karena meninggal dunia akibat bunuh diri. Sunarsih adalah istri Pardi, tetanggaku di Lemah Dhuwur.

Arwah Sunarsih gentayangan? Tak mau berandai-andai aku segera berdoa di atas kuburannya, semoga ia segera diterima di sisiNya. Selesai berdoa, aku pun berjalan kaki pulang sambil berpikir siapa yang mengantar atau mengajak arwah Sunarsih naik sepeda motor tadi.

Dokpri
Dokpri
Hanya lima belas menit berjalan, saya sudah sampai di ujung desa. Tampak di salah satu rumah dekat rumahku, banyak orang berkumpul di antaranya ada 6 orang aparat keamanan dengan sebuah mobil operasi.

"Pardi ditangkap karena diduga membunuh Sunarsih," kata Kang Jono saat kutanya.

"Kok ada anggapan itu?"

"Calon istri barunya ternyata menolak kawin dengan Pardi lalu bertengkar hebat. Dan Pardi terceplos omongannya pada selingkuhannya terlanjur memberi kesempatan istrinya bunuh diri." Kang Jono menerangkan.

Omongan terceplos ini membuat takut calon istri barunya lalu melaporkan pada pihak berwajib yang langsung datang mencokok Pardi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun