Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Ritual Inisiasi Pelantikan Dalang Cilik Gaya Malang

3 September 2020   12:26 Diperbarui: 3 September 2020   18:06 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan perdana setelah menjadi dalang. Dokpri

Lakon yang diambil merupakan lakon carangan atau kisah sempalan dari kisah Mahabarata sebenarnya dengan judul Pandu Swarga yang mengisahkan tentang keinginan Bima membebaskan Pandu dan Dewi Madrim dari siksa neraka atau kawah Candradimuka karena dosa-dosa mereka.

Ketekadan Werkudara menyelamatkan Pandu dan Dewi Madrim membuat panas api neraka mereda dan mati sehingga mereka berdua terselamatkan dan dibawa menuju swargaloka oleh para bidadari.

Sang guru menyuapi disaksikan ibunda tercinta. Dokpri
Sang guru menyuapi disaksikan ibunda tercinta. Dokpri
Mendengar wejangan. Dokpri
Mendengar wejangan. Dokpri
Di antara guru dan orangtua. Dokpri
Di antara guru dan orangtua. Dokpri
Kembul Bujana. Dokpri
Kembul Bujana. Dokpri
Melantunkan doa dengan bimbingan Budhenya. Dokpri
Melantunkan doa dengan bimbingan Budhenya. Dokpri
Kisah singkat ini diambil sebagai gambaran si dalang cilik Zulfikar Nus Hasyim Maulidi ingin membahagiakan kedua orangtuanya yang sangat mencintainya.

Tepat jam 11 malam, kala purnama mulai mendekati di atas kepala pagelaran wayang selesai. Sambutan hangat dari para penonton yang jumlahnya sekitar dua ratus orang disambut haru orangtua Zulfikar Nus Hasyim Maulidi.

Acara ritual inisiasi penjamasan dalang cilik gaya wetanan (Jawa Timuran) memang beda dengan upacara atau ritual dengan pelantikan dalang di tempat lain. Malam ini ritual inisiasi gaya Malang.

Penampilan perdana. Dokpri
Penampilan perdana. Dokpri
Disaksikan teman sekolah. Dokpri
Disaksikan teman sekolah. Dokpri
Dokpri
Dokpri
Di balik layar, bapaknya membantu apa yang harus dibaca. Dokpri
Di balik layar, bapaknya membantu apa yang harus dibaca. Dokpri
Sesepuh yang ikut nonton. Dokpri
Sesepuh yang ikut nonton. Dokpri
Catatan:
Pagelaran wayang kulit di tanah Jawa ada gaya kulonan dan gaya wetanan. Gaya kulonan lebih terpengaruh oleh budaya Jogja dan Solo dengan menggunakan bahasa Jawa halus serta iringan karawitan yang rancak lembut.

Gaya kulonan biasa lebih banyak digelar di Blitar, Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Madiun, hingga ke sekitar Cirebon.

Gaya wetanan disebut juga wayang jekdong karena unsur kendang lebih banyak untuk dinamika permainan sabetan wayang dan tembang-tembang yang dilantunkan. Iringan karawitannya tentu saja lebih dinamis menghentak. Bahasa Jawa yang digunakan pun masih tercampur dialek lokal dan tidak sehalus Jogja dan Solo.

Namun demikian bagi sebagian kaum muda milenial belum tentu bisa menghayati sepenuhnya. Bahasa Jawa tak lagi sepenuhnya menjadi bahasa ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun