Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Flamboyan di Pinggir Hutan

15 Juni 2020   11:13 Diperbarui: 15 Juni 2020   11:25 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebatang pohon flamboyant tampak cantik merona di pinggir jalan berbatu kapur di tanah tandus pinggir gunung yang tak pernah menghembuskan sejuknya angin apalagi menurunkan embun di kala pagi.

Ia selalu tersenyum manis pada siapapun yang lewat dan memandangnya tak peduli ia disapa ramah atau hanya dilirik tanpa tegur sapa.

Ia tak pernah merasa kecewa walau sepi selalu menemani. Baginya sepi adalah bahagia yang masih merantau bersama burung kacamata yang ditunggunya untuk mengisap madu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Baginya hari-hari adalah perjalanan panjang untuk selalu bercengkerama gembira bersama pohon pisang yang daunnya menari mengibaskan sedikit kesejukan. 

Apalagi Sang Emak, si empunya lahan kadang menyiramnya dengan air perigi atau seember air sungai yang di bawahnya dari lembah, maka ia akan tersenyum bahagia. Sebab merah merona dirinya semakin membuat ia merasa cantik.

Namun ia menjadi sedikit malu kala seekor burung kutilang datang bernyanyi menyapanya. Ia pun berusaha bersembunyi di balik mungil dedaunannya.

Sang flamboyant pun bertanya dalam hati, kemanakah gerangan si burung kecamata mungil yang akan menari dan mengisap madunya sebelum ia jatuh layu?

Malu. Dokumen pribadi
Malu. Dokumen pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun