Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Beritahu Kesalahan Teman Kerja daripada Melaporkan pada Pimpinan

6 Mei 2020   10:38 Diperbarui: 6 Mei 2020   10:45 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Quizizz.com

Sekitar awal tahun 70an, kala  sedang menjaga sawah dari serangan burung pipit di siang yang terik lalu saya memanjat pohon kelapa bermaksud untuk memetik sebuah degan atau kelapa muda. Entah mengapa tiba-tiba saja ingin duduk-duduk di pelepah daun kelapa sambil menikmati semilirnya angin yang sejuk. 

Apalagi sawah kami dekat rumpun bambu yang lebat sehingga desiran angin cukup deras yang menyegarkan badan. Ditambah lagi pohon kelapa yang bergoyang lembut karena desiran angin serta suara deritan batang bambu semakin membuai membuat saya ingin tidur memeluk pucuk daun kelapa di ketinggian sekitar 12m.

Sambil merasakan buaian angin di pucuk pohon kelapa, saya melihat sekiling. Ada petani yang sedang mencangkul,  ada yang sedang menyabit rumput, ada pula seorang ibu tua mencari kayu bakar, serta ada juga yang sedang memetik sayur. 

Kemudian kulihat tiga orang teman sekampung berjalan menuju dangau yang kosong kutinggalkan, lalu mereka masuk ke tengah kebun jagung milik Pak Dasat, sebut saja namanya demikian.

Ketiga teman saya ini memetik beberapa bonggol jagung muda dan beberapa batang kacang panjang yang masih muda lalu mengunyahnya. Salah satu di antaranya sebenarnya tak mau memetik, tetapi ketika dipetikkan dua bonggol mau menerimanya. 

Mengetahui hal itu saya diam saja namun juga tersenyum karena saya tahu mereka memang lapar dan membutuhkan. Maklum pada jaman itu hidup amat sangat susah, bisa makan nasi sehari sekali saja berat. 

Paling sering kami makan nasi bulgur bantuan dari Amerika karena saat itu negeri kita sedang paceklik hebat ditambah lagi gejolak politik tak menentu setelah kasus G30S. 

Tetapi untuk menghindari pencurian yang lebih banyak, saya memetik bluluk atau buah kelapa yang masih kecil dan saya lemparkan dekat mereka. Hal ini membuat mereka terkejut lalu lari terbirit-birit.

Beberapa hari kemudian P. Dasat marah-marah di depan saya namun tak berani menuduh dengan hilangnya beberapa tangkai jagung. Saya hanya diam dan tidak memberitahu siapa yang mencurinya sebab saya tahu akibatnya bahwa teman-teman saya pasti akan dihajar orangtuanya. 

Kala itu adalah sesuatu yang biasa bila anaknya nakal akan digebuki oleh ayahnya atau dicetholi oleh ibunya. Namun demikian saya tetap menasehati tiga teman saya jangan mencuri lagi. Mereka hanya tersenyum kala saya menceritakan pencurian yang mereka lakukan.

Bicarakan segala sesuatu permasalahan pekerjaan tak harus dalam rapat resmi, tetapi juga pertemuan santai dan penuh senyum, Dokpri
Bicarakan segala sesuatu permasalahan pekerjaan tak harus dalam rapat resmi, tetapi juga pertemuan santai dan penuh senyum, Dokpri
0 0 0 0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun