Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bila Perlu Ladang dan Sawah Harus Di-lockdown

28 Maret 2020   18:02 Diperbarui: 29 Maret 2020   12:36 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ladang cabai harus dipagari dan dilockdown. Dokpri

Bertani memang gampang-gampang susah, tanah subur dan perawatan mudah hasil panen melimpah tentu sungguh menyenangkan. Tapi kenyataan, karena salah pengelolaan bisa saja tanah menjadi tidak subur. Atau tanah subur tapi serangan hama sangat kuat. Tanah subur, serangan hama kecil, tapi cuaca tak menentu sehingga merusak tanaman.

Seperti halnya manusia agar kebal terhadap serangan penyakit maka perlu mendapat imunisasi dan asupan makanan dengan gizi seimbang tanaman perlu pupuk alami juga pupuk kimia. Namun, keadaan bisa saja berubah dengan munculnya penyakit baru dari virus baru seperti yang sedang kita alami saat ini dengan serbuan Covid-19. 

Sudah banyak yang dilakukan pemerintah yang bekerjasama dengan instansi dan seluruh lapisan masyarakat melawan Covid-19. Hal yang belum dilakukan mungkin tinggal lockdown, sekali pun beberapa wilayah sudah melakukan sendiri.

Siap petik sudah diserbu virus. Dokpri
Siap petik sudah diserbu virus. Dokpri
Hari ini setengah ember seharga 75 ribu. Dokpri
Hari ini setengah ember seharga 75 ribu. Dokpri
Jika pada lahan pertanian harus menanam bibit unggul tahan hama lalu disiapkan pupuk yang sesuai dan pembasmi hama alias pestisida yang tepat maka hasil tanaman akan melimpah. Apakah berarti panen juga melimpah? Belum tentu. 

Serbuan dari mahluk asing yang tak dikenal pun layaknya Covid-19  sewaktu-waktu bisa menghabisi hasil panen tanpa ampun. Orang Jawa menyebutnya 'tikus endas ireng' alias hama berkepala hitam alias pencuri. Apa ada sih orang mencuri hasil pertanian? Seperti halnya ada pencuri ternak tentu saja ada pencuri tanaman dan buah. Pencurian padi sepuluh tahun lalu masih marak. 

Sekarang pencuri padi hanya burung pipit. Namun demikian tetaplah merugikan jika burung pipit jumlahnya puluhan. Sawah sepetak bisa saja hasilnya cuma gabah ompong dimakan pipit. Maka terpaksa hamparan padi di-lockdown bagi pipit dengan jaring.  Walau sedikit agak tega dengan menjerat tak langsung hingga mati.

Jaring menutupi padi. Dokpri
Jaring menutupi padi. Dokpri
Seekor pipit terjebak jaring. Dokpri
Seekor pipit terjebak jaring. Dokpri
Apa boleh buat. Dokpri
Apa boleh buat. Dokpri
Pada masa kini, tanaman sayur siap panen bisa saja disikat kaum pencuri tanpa ampun. Entah sayur sawi, bayam, kangkung, dan brokoli walau jumlah yang diambil tak terlalu banyak karena ribet membawanya. 

Tetapi dengan naiknya harga cabai karena musim hujan dan cuaca tak menentu membuat cabai menjadi lirikan pencuri. Memetik cabai dan membawanya dengan karung sangatlah mudah. 

Dalam dua jam memetik cabai bisa setengah karung dengan bobot 15 kg. Bila harga cabai per kilo Rp 30.000,- maka harga 15 kg mencapai Rp 450.000,-  Bisa dibayangkan jika kehilangan lebih dari jumlah itu. Maka jalan satu-satunya ladang dan sawah harus di-lockdown supaya masuknya virus ini bisa ditangkal. 

Bagaimana caranya? Ya diberi pagar dan dijaga dengan ketat siapa pun tak boleh masuk. 

Selain itu setiap malam harus dijaga sebab serbuan virus mematikan ini biasa datang malam hari. Sekali pun menjaga kebun sangat berbahaya akan gigitan ular berbisa dan hewan liar berbahaya lainnya. Selain itu ancaman pencuri yang tega juga sangat membuat keder saat sendiri di malam hari.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun