Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dedongane Para Tani (Doa Petani)

3 Desember 2019   11:25 Diperbarui: 3 Desember 2019   11:23 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terjemahan

Di sini aku bersimpuh di bawah pohon pepaya yang tak pernah lagi berbuah

Teriknya mentari tak lagi kurasakan sekali pun keringat bercucuran di dahi, dada, dan punggung

Kupandang kebun yang kering kerontang menunggu turunnya hujan yang akan menenteramkan harapan

Harapan yang hampir sirna ditelan  kemarau

Mendung yang menggantung hanya memberi kabar hujan segera turun entah kapan

Aku duduk di gubuk ini, bersimpuh memanjatkan doa pada Tuhan Pencipta Alam Semesta yang tak pernah ingkar janji sekalipun aku sering meninggalkanNya dengan persembahan yang hambar

Hambar tanpa kasih pada sesama dan Ibu Pertiwi yang senantiasa melimpahi pangan

Aku masih duduk bersimpuh, sekalipun kebun semakin sepi dari kicauan burung cendet dan manyar yang mengungsi ke pinggir hutan

Debu-debu yang beterbangan menemani setiap langkah petani yang lunglai seperti layunya bunga pepaya yang tak akan menjadi buah sudah tak kurasakan lagi

Hanya langit mendung dan semilirnya angina Gunung Semeru yang kurasakan sebagai tanda kasih Tuhan yang bersabda harus senantiasa sabar

Sabar menerima apa yang dirasakan karena itulah hidup sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun