Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita, Bunga, Bidadari, Hantu, dan Betari Durga

30 Agustus 2019   13:44 Diperbarui: 30 Agustus 2019   13:51 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia ini memang aneh, setidaknya menurut saya sekali pun kebanyakan orang juga mengatakan demikian. Ya memang dunia ini aneh. Seaneh salah satu penghuninya yang disebut wanita. Sosok manusia yang selalu digambarkan penuh kelemahlembutan, kecantikan, kehalusan, keindahan, keharuman, kesucian tetapi juga ketegaran.

Kelemahlembutan, kecantikan, kehalusan, keindahan, kesucian, dan keharuman seorang wanita selalu digambarkan dengan bunga dan bidadari. Ada yang melambangkan wanita sebagai melati, teratai, anggrek, dan mawar. Walau ada yang menggambarkan bagai mawar berduri yang menyakitkan karena mengkhianati cintanya. Seperti yang dikatakan Mus Mulyadi dalam lagu Mawar Berduri. Kukira wajar kalau wanita disebut mawar berduri, sebab kalau tidak berduri tentu akan mudah dipetik lalu dicampakkan. Kasihan, kok seperti mawar di pusara saja.

Tentang kecantikan dan mungkin juga keseksiannya, wanita juga dilambangkan sebagai bidadari. Hampir setiap karya fiksi, entah puisi, cerpen, dan novel di Kompasiana tokoh wanitanya selalu dilustrasikan bagai bidadari. Hanya kadang bahkan sering digambarkan sebagai sosok cantik namun penuh penderitaan sehingga tampak menitikkan air mata di antara senyumnya. Senyum di sela air mata inilah gambaran ketegaran. Ketegaran wanita di negeri kita begitu amat terasa dalam lagu fenomenal kala negeri ini sedang dirundung masalah yakni lagu Kulihat Ibu Pertiwi.

Dokpri
Dokpri

bookmyshow.com
bookmyshow.com

Tentang ketegaran wanita sudah beberapa kali penulis posting di K jadi tak perlu dibahas lebih panjang lagi disini. Cuma harus dibedakan bahwa ketegaran tidak sama dengan kekuatan. Biarlah kekuatan menjadi milik kaum pria. Sekali pun wanita kuat juga ada. Bahkan juga lebih kuat dari kaum pria. Mengapa kekuatan sebaiknya menjadi milik kaum pria? Jika wanita memiliki kekuatan dia sungguh bahaya. Bisa membuat kaum pria jadi takut. Maka dari itu ada selorohan ISTI atau Ikatan Suami Takut Istri. Termasuk di Kompasiana dulu. Untuk kaum pria yang termasuk ISTI tak usah berkecil hati. Banyak temannya. Di dunia pewayangan pun tokoh Betara Guru sang dewa sakti mandraguna, alim, dan tak banyak bicara takut dengan istrinya yakni Betari Durga. Jika tersenyum saja Betari Durga bikin miris apalagi jika marah. Wuiiiik....

Satu hal yang penulis katakan bahwa dunia ini aneh adalah wanita juga sering disebut sebagai sosok hantu yang menakutkan. Sebut saja wewe gombel hantu wanita dengan rambut gimbalnya terurai dan payudara gedhe untuk menyembunyikan anak yang diculiknya untuk jadi teman anak-anak wewe gombel. Hantu sundel bolong, wanita cantik yang dibunuh kekasihnya dengan cara ditusuk punggungnya sampai bolong lalu arwahnya gentayangan dan balas dendam akan membunuh kaum lelaki jalang yang suka keluyuran malam. Kemamang, hantu wanita tua yang berjalan di lorong-lorong kampung dan desa kala tengah malam untuk mencuri. Entah mencuri apa dan untuk siapa. Dan masih banyak lagi seperti Kuntilanak.

Entah apa jadinya jika di dunia ini wanita tidak digambarkan seperti yang penulis sebut di atas. Semoga saja wanita memang seperti bunga dan bidadari. Bukan hantu. Juga jangan menjadi seperti Nyi Blorong atau Nyai Roro Kidul. Jangan pula tega seperti bidadari Nawang Wulan yang meninggalkan Jaka Tarub dan anaknya pergi ke kahyangan demi kesenangan sendiri.

Dokpri
Dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun