Mohon tunggu...
Mbah Ukik
Mbah Ukik Mohon Tunggu... Buruh - Jajah desa milang kori.

Wong desa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cara Cukup Efektif Mengusir Kampret

14 Juli 2019   09:11 Diperbarui: 14 Juli 2019   09:27 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat puluh tahun menjadi guru di tiga tempat berbeda walau di kota yang sama tentu mempunyai pengalaman yang cukup menarik dalam menangani gedung sekolah. Kebetulan penulis mengajar dan menjadi bagian sarana dan prasarana di sekolah dengan gedung yang tinggi, besar, dan berlantai tiga karena merupakan gedung peninggalan kolonial Belanda. Halamannya pun luas, bahkan tempat bekerja terakhir luasnya sekitar 4 hektare dengan pepohonan besar dan rindang.

Tempat yang luas dan seperti hutan kota dengan taman dan kebun sayur yang indah memang menjadi daya tarik tersendiri. Kicauan burung dan aneka kupu atau nyanyian kodok saat gerimis semakin menciptakan suasana yang alami. Namun beaya perawatan termasuk pengolahan sampah pun semakin mahal.  

Pengolahan sampah bisa teratasi dengan cukup baik bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang. Kesadaran hidup bersih dari warga sekolah menciptakan hijau dan indahnya lingkungan termasuk di dalam ruangan. 

Tapi bukan berarti tidak ada tantangan sama sekali kalau bukan dikatakan sebuah hambatan dalam menciptakan lingkungan yang bersih, indah, dan sehat. Bahwa satu dua orang yang belum sadar lingkungan bisa dimaklumi. Namun ada komunitas lain yang cukup mengganggu yakni para kampret! Hlo....apa hubungannya dengan para kampret?

Gedung besar, luas, dan tinggi dengan banyak celah atau ruangan sempit yang gelap dan cukup hangat namun lembab merupakan tempat yang baik menjadi sarang kampret. Biasanya celah atau sudut dinding pembatas ruangan dan tangga atau di atas aula, balkon, dan atap tak berplafon serta selasar antar ruangan yang sempit. 

Di tempat seperti inilah para kampret dan kawan-kawan seperti kelelawar dan kalong menggantungkan dirinya untuk makan dan memuntahkan makanan yang tak enak bahkan membuang kotoran dan kencing semaunya.

Tentu saja ini membuat jengkel para petugas kebersihan. Sore hari saat para warga sekolah sudah pulang, ruang dan lantai sudah dibersihkan ternyata esok pagi sering ditemui sisa buah santapan dan kotoran kampret yang pesing masih saja bertebaran di sudut-sudut tertentu. Bahkan dinding yang baru saja dicat kembali untuk memasukki tahun ajaran baru kadang belum seminggu sudah terlukis bercak-bercak kencing dan kotoran kampret yang terbang kebingungan mencari dan berebut tempat menggantung atau mencari celah keluar dari gedung karena tidak kebagian tempat.

Salah satu sudut plafon pendapa kami gantung sebuah tas kresek. Dokpri
Salah satu sudut plafon pendapa kami gantung sebuah tas kresek. Dokpri
Berbagai upaya mengusir para kampret sudah kami lakukan, seperti meniadakan kabel menggantung atau tak menggunakan LCD projector menggantung di plafon. Bahkan menyalakan lampu pada malam hari yang tentu saja menambah pengeluaran tak juga membawa hasil. Menutup setiap cela dengan kasa serta menggantung lombok merah di beberapa sudah supaya menjadi santapan kampret lalu kepedesan dan klenger dan tentu saja berharap para kampret tak datang lagi. 

Tapi kenyataannya kampret memang sulit diusir. Seorang orangtua murid pernah mengusulkan agar menembaki para kampret dengan senapan angin. Tentu saja usulan emosional ini kami tolak sekali pun anaknya pernah ketakutan setelah melihat kampret tiba-tiba keluar dari sarang gegara kaget mendengar suara musik saat akan senam bersama ketika dia sedang sendiri di dalam kelas karena sakit.

Dua tahun lalu ada seorang alumni HIS dari Belanda yang mengunjungi sekolah kami, sangat kaget ketika melihat lukisan kotoran kampret yang bertebaran di dinding-dinding kelas. Ia pun memberitahu agar menggantung tas kresek atau plastik hitam yang tipis tapi cukup besar di sudut plafon ruangan. 

Menurutnya, kampret dan kawan-kawan pada dasarnya buta tetapi dia dapat mengenal lingkungan dengan suara ultrasonik yang dipancarkan dengan jeritannya yang tak terdengar manusia. Suara ultrasonik ini ternyata bisa dikacaukan oleh gelombang pantulan dari tas kresek yang terus bergerak karena angin yang lembut sekali pun. Gelombang pantul suara ini membuat bingung para kampret sehingga mereka pergi dan tak menggantungkan diri di sekitar ruangan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun